Kota Gorontalo, Dinkesprov – Provinsi Gorontalo selang 2 tahun terakhir mengalami penurunan kematian bayi dan kematian ibu, untuk kematian ibu tahun 2022 mencapai target yaitu 195/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dari target 205/100.000 KH dengan jumlah kematian sebanyak 38 kasus sedangkan di tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 139/100.000 KH dari target 194/100.000 KH dengan jumlah kematian sebanyak 26 kasus.
Begitu pula halnya dengan kematian pada bayi, dimana tahun 2022 masih melebihi target 11/1.000 KH dengan angka kematian bayi 12/1.000 KH atau 228 kasus kematian dan mengalami penurunan di tahun 2023 mencapai 10/1.000 KH dari target 16/1.000 KH atau 180 kasus.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Erni N. Mansur mengungkapkan, kasus kematian ibu penyebab utamanya yaitu perdarahan kemudian untuk bayi penyebab dari pendarahan itu sendiri, sehingga ini yang perlu kita cegah.
“Di tahun 2024 akan kita tekan seminimal mungkin jika perlu zero kematian dengan cara sejak remaja kita akan lindungi mereka jangan sampai terjadi kasus ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis) atau ibu hamil yang kurang gizi. Banyak sekali kejadian-kejadian kematian ibu dan bayi ini disebabkan oleh anemi, ibu hamil KEK, sehingga strategi ini yang harus kita pertahankan. Insya Allah kedepan kita bisa lebih menurunkan angka kematian ibu maupun bayi,” ungkap Erni saat diwawancarai.
Terjadinya penurunan angka kematian ibu maupun kematian bayi disebabkan beberapa faktor diantaranya strategi pencegahan kematian ibu dan bayi yang sudah mulai baik di Provinsi Gorontalo, diantaranya untuk pencegahan kematian ibu di sebabkan adanya perdarahan saat melahirkan sehingga itu yang perlu diantisipasi.
“Alhamdulillah di Provinsi Gorontalo sejak ibu hamil pada triwulan pertama kita sudah mulai mengantisipasi dengan pemberian PMT Lokal, sehingga saat ibu melahirkan, kasus-kasus perdarahan saat melahirkan dapat di kurangi,” ujarnya.
Adapun inovasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dengan pemberian PMT lokal untuk mencegah ketergantungan pada produk pabrikan.
“Contohnya PMT dari produk pabrikan seperti susu yang di tahun sebelumnya kita laksanakan tetapi susah untuk di beli oleh masyakat, jadi kita lebih mengarahkan ke PMT lokal walaupun tanpa bantuan dari pemerintah, ibu-ibu ini sudah bisa mengolah sendiri makanan-makanan lokal yang ada di Gorontalo, jadi itu salah satu inovasi yang kami laksanakan,” ucap Erni.
Selain itu, kata Erni dalam transformasi kesehatan terutama layanan primer mengutamakan upaya pencegahan dengan memperkuat posyandu.
“Jadi sejak di posyandu kita deteksi secara dini kasus-kasus atau penyakit yang di derita ibu hamil bahkan sejak remaja itu kita sudah mulai antisipasi untuk pemberian MMS (Multiple Micronutrient Suplement) atau Mulitivitamin kemudian ada edukasi ada pemberian pengetahuan terhadap ibu hamil,” tandasnya.
Rilis : Novi/ILB
Editor : Nancy Pembengo/MD
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram