Kota Gorontalo, Dinkesprov – Dinas kesehatan Provinsi Gorontalo yang diwakili oleh Kasie Pencegahan Penyakit Menular, dr Irma Cahyani, selasa (28/7/2020), melakukan kegiatan Webinar dalam rangka Hari Hepatitis Sedunia tahun 2020. Kegiatan ini dilaksanakan dikantor masing-masing melalui aplikasi zoom dengan menghadirkan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi se-Indonesia.
Pertemuan ini dilaksanakan dalam rangka membahas upaya percepatan program, serta menjawab tantangan-tantangan program khususnya dalam pelaksanaan detekti dini hepatitis pada bayi (DDHB) dan telah di atur dalam UU nomor 17 tahun 2016, tentang perlindungan anak oleh negara, pemerintah pusat, pemerintah daerah, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecatatan, karena setiap anak harus mendapatkan kesempatan unuk memulai hidup sehat, bebas dari penyakit menular yang dapat dicegah.
Dari hasil penelitian para ahli, kemungkinan terinfeksi Hepatitis B kronik dari ibu ke bayi adalah sekitar 85-95%, padahal penyakit ini dapat dicegah hanya dengan intervensi sederhana dan efektif berupa deteksi dini (skrining) antenatal, pengobatan dan vaksinasi.
Menurut Irma, Program Hepatitis di Gorontalo dimulai sejak tahun 2016 yaitu dalam bentuk kegiatan deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dimana sebagai pilot project adalah Kota Gorontalo selanjutnya disusul oleh Kabupaten lainnya dan di tahun 2020 sudah 6 kabupaten dan kota telah melaksanakan deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil di wilayah kerja masing-masing.
“Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia khususnya Provinsi Gorontalo sangat mempengaruhi capaian program tahun 2020. Hal ini disebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas pelayanan kesehatan sehingga berpengaruh pula pada pelaksanaan skrining Hepatitis B dan kinerja petugas dilapangan. Namun pelaksanaan skrining tetap harus dipantau khususnya pada tatalaksana pemberian HbIG pada bayi baru lahir dari ibu yang hepatitis, dimana data pemberian HbIG pada bayi yang lahir dari ibu yang hepatitis mencapai 90 % dan Hb0 87%”, jelas Irma sambil memperlihatkan data capaian yang ada.
Dalam rangka memperingati hari Hepatitis tanggal 28 Juli 2020, dimana tema yang diangkat adalah generasi bebas hepatitis, maka diharapkan tantangan program seperti terbatasnya informasi mengenai hepatitis pada masyarakat atau tenaga kesehatan, komitmen pemangku kepentingan belum merata dalam pencegahan dan pengendalian hepatitis, serta keterbatasan tenaga dokter spesialis yang mampu memberikan tatalaksana hepatitis kronis mendapat solusinya, serta meski dalam keadaan pandemi pelaksanaan skrinning tetap dilakukan, tatalaksana bayi baru lahir dari ibu terinfeksi hepatitis B tetap dijalankan sesuai prosedur yang berlaku yakni pemberian Hb0 dan HbIG < 12- 24 jam setelah kelahiran dan dilanjutkan dengan pemberian imunisasi hepatitis 1, 2 dan 3 sesuai imunisasi dasar nasional.
“Dan yang pasti follow up bayi pada umur 9-12 bulan atau bersamaan dengan pemberian imunisasi campak tidak diabaikan karena pelaksanaan follow up bertujuan untuk mengetahui bayi tersebut terpapar virus atau tidak setelah dilaksanakan tatalaksana BBL dari ibu Hepatitis B dan juga sebagai evaluasi pelaksanaan program di tahun sebelumnya. Mari kita tetap jalankan program ini, putuskan rantai penularan hepatitis B dari ibu ke bayi, agar generasi kita selanjutnya bebas dari penyakit hepatitis B”, tegas dr Irma.
Rilis : Stevi / Monic
Editor : Nancy Pembengo