Waspada Tripledemic, Sindrom Pernapasan dan Suspek Campak Melonjak

IMG-20250309-WA0002.jpg

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Kasus sindrom pernapasan dan suspek campak di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan signifikan berdasarkan laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) minggu ke-9 tahun 2025.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa, Minggu (09/03/2025). Lonjakan ini menjadi perhatian serius di tengah ancaman tripledemic, kombinasi kasus COVID-19, influenza, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) yang diperburuk oleh tingginya mobilitas masyarakat selama Ramadan dan intensitas curah hujan yang tinggi dihampir sejumlah wilayah Gorontalo.

Beberapa kasus penyakit yang ada patut diwaspadai seperti ISPA, Pheneumonia, campak dan penyakit berbasis lingkungan lainnya. Berdasarkan data SKDR pada Minggu ke-9 tahun 2025 yang menunjukkan tren peningkatan kasus Influenza-Like Illness (ILI) sebanyak 1242 kasus, dengan laporan tertinggi berasal dari Kabupaten Gorontalo Utara.

Menurut Kadinkes Anang otoluwa, dari 10 penyakit terbanyak dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilaporkan puskesmas yaitu ISPA berada diurutan pertama dengan jumlah 6.787 kasus.

“Mobilitas tinggi selama Ramadan, ditambah kondisi udara lembab dan dingin karena curah hujan yang tinggi dihampir seluruh wilayah yang melanda Gorontalo, berpotensi menciptakan lingkungan ideal bagi penyebaran virus pernapasan,” kata Anang.

Selain ILI dan ISPA, pneumonia juga menjadi perhatian utama dengan jumlah 399 kasus, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Menyikapi lonjakan ini, Dinas KesehatanProvinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas semakin meningkatkan kegiatan surveilans.

Selain itu, Anang berpesan agar mewaspadai adanya penularan penyakit Campak terutama pada anak-anak dan ibu hamil yang mendaji populasi rentan. Pada minggu ke-9 tahun 2025, tercatat 53 kasus suspek campak dengan distribusi terbanyak di Kabupaten Gorontalo. Menurutnya, peningkatan kasus ini mengingatkan pada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak tahun 2024 yang pernah melanda beberapa wilayah di kabupaten Gorontalo. Setidaknya terdapat 434 kasus suspek Campak dan dilakukan pemeriksaan pada 139 sampel dikonfirmasi 73 kasus campak dan rubella di tahun 2024 yang lalu.

Anang menyampaikan cakupan imunisasi yang belum optimal di sejumlah daerah menjadi faktor utama penyebaran campak. Risiko semakin tinggi akibat tingginya interaksi masyarakat selama Ramadan. Campak, yang sangat menular, berpotensi lebih berbahaya jika dikombinasikan dengan sanitasi buruk dan kurangnya asupan gizi selama puasa.

“Staf funsional kami selalu melaporkan tentang tren penyakit yang ada di Gorontalo termasuk yang menyangkut pinyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itu, percepatan cakupan imunisasi dan edukasi masyarakat mengenai pentingnya imunisasi MR (Measles-Rubella) harus terus dilakukan secara berkesinambungan,” ucapnya.

Meskipun masih menjadi isu global, tripledemic patut diwaspadai baik oleh petugas kesehatan dan juga masyarakat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kadinkes Anang menjelaskan bahwa ancaman tripledemic ini diakibatkan oleh kombinasi COVID-19, influenza dan RSV juga menjadi perhatian serius di Gorontalo. Lonjakan kasus ini menurutnya, dapat membebani layanan kesehatan, terutama di tengah musim hujan yang melanda sejumlah wilayah Gorontalo sepekan terakhir ini.

Lebih lanjut Anang mengatakan, selain meningkatkan risiko penyakit pernapasan, musim hujan juga memperparah penyebaran penyakit berbasis lingkungan seperti leptospirosis dan demam berdarah, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh masyarakat.

“Ini memasuki minggu ke 9 di tahun 2025 jumlah kasus DBD yang dilaporkan ke kami sebanyak 237 kasus dan 1 meninggal dunia. Ada pun untuk kasus Leptospirosis pada tahun 2024 lalu ada 61 kasus dengan 4 kematian. Nah, tahun 2025 ini sudah ada 5 kasus yang dilaporkan dan 1 orang meninggal dunia,” ungkapnya.

Olehnya, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo telah merumuskan beberapa strategi mitigasi dari sejumlah penyakit yang telah disampaikan tadi menjelang libur lebaran yang tentunya akan meningkatkan mobilitas masyarakat yang tinggi.

“Salah satu langkah utama kami adalah penguatan imunisasi dengan meningkatkan cakupan vaksin terutama campak-rubella (MR) di wilayah yang cakupannya rendah guna mencegah terjadinya outbreak, terutama di daerah yang memiliki mobilitas tinggi selama Ramadan dan menghadapi libur lebaran,” pungkas Anang.

Selain itu, surveilans ketat juga tetap menjadi fokus utama dengan memperkuat pemantauan kasus Influenza-Like Illness (ILI), pneumonia, dan campak di fasilitas kesehatan agar lonjakan kasus dapat terdeteksi lebih dini dan segera ditangani.

Diakhir penyampaiannya, Kadinkes menghimbau agar edukasi di masyarakat terus digalakkan agar turut berperan penting dalam upaya mitigasi ini, dengan menekankan pentingnya menjaga kebersihan, menerapkan pola makan sehat selama puasa, serta menghindari kontak erat dengan individu yang sedang sakit untuk mengurangi risiko penularan.

Tak kalah penting, kesiapan fasilitas kesehatan selama ramadhan hingga akhir libur lebaran nanti harus mulai disiapkan bakan perlu ditingkatkan dengan memastikan ketersediaan stok vaksin, obat-obatan, logistik serta kapasitas layanan kesehatan yang memadai guna menghadapi potensi lonjakan pasien akibat tripledemic dan infeksi lainnya.

“Upaya mitigasi ini perlu didukung advokasi yang kuat kepada lintas sektor terkait, termasuk pemerintah kabupaten/kota, agar kebijakan yang diambil bisa diimplementasikan secara nyata untuk melindungi kesehatan masyarakat Gorontalo,” pungkasnya.

Rilis : Lani/Arman
Editor : Nancy Pembengo/MD

Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five + 10 =

scroll to top
Bahasa »