Salam Gizi!!! (Jawabannya: “Sehat Melalui Makanan”)
Selamat Hari Gizi Nasional Ke-65
25 Januari 1960 – 25 Januari 2025
Teori Dasar dan Abadi
Teori Dasar dan abadi pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 31, yang artinya …makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Selanjutnya dijelaskan pula dalam Surat Al-Maidah Ayat 2 yang artinya: …Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.
Dalam dua teori dasar dan abadi sebelumnya, termaktup dengan jelas bahwa adanya perintah konsumsi makanan dan minuman yang tidak berlebihan. Tidak berlebihan dapat bermakna dua sisi yakni pertama kelebihan dalam arti jumlah yang dikonsumsi adalah lebih; kedua adalah kelebihan dalam artian kekurangan seperti tidak mau makan, puasa terus menerus, mengurangi makanan dalam jumlah yang tidak sesuai kebutuhan, dll. Tentunya kelebihan konsumsi makan berdampak pada kelebihan berat badan atau gizi lebih juga berisiko mengidap penyakit degeneratif. Sebaliknya terjadi kekurangan konsumsi zat gizi, berdampak kekurangan berat badan atau kurang gizi juga berisiko mengidap penyakit-penyakit infeksi dan kefatalan lainnya.
Oleh karena itu perintah tolong menolong yang dimaksud dalam teori dasar dan abadi adalah tolong menolong yang terencana, terstruktur, masif, berkesinambungan guna mengelola makanan yang dikonsumsi yakni halal (bagi muslim) dan baik yang meliputi: alami, beragam, bergizi, berimbang, aman dan menyehatkan.
Antara konsumsi makanan dan tolong menolong kemudian terkemas dalam Program Strategi Nasional yakni pemberian “Makan Bergizi Gratis (MBG)”. Tentunya program ini sangat bagus dan tepat untuk bangsa Indonesia serta pelaksanaannya mengedepankan profesionalisasi.
Kajian Akademis Program Makan Bergizi Gratis
Gambar 1, menjelaskan bahwa Pemerintahan Presiden Prabowo sangat jeli memahami keadaan bangsa Indonesia yang diawali dari tujuan negara Republik Indonesia dalam UUD 1945 yakni Melindungi Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia; Memajukan Kesejahteraan Umum; Mencerdaskan Kehidupan Bangsa; dan Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia Yang Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi Dan Keadilan Sosial.
Gambar. Kajian Akademis Program Makan Bergizi Gratis

Selanjutnyanya, bagaimana negara bisa melaksanakan proses untuk mencapai tujuannya bila sedang merebak masalah kemiskinan; masalah gizi dan kesehatan; ketersediaan pangan yang terbatas bahkan harus mengimport sementara negara kita sangat luas dan subur; adanya kebocoran penggunaan sumberdaya di berbagai bidang; kualitas sumber daya manusia yang sulit bersaing; situasi politik yang bisa dikatakan mendukung, tidak mendukung bahkan harus menolak program yang dilahirkan; serta keadaan lainnya.
Jadi, bagaimana masalah yang telah disebut sebelumnya sebagai weakness (kelemahan) digunakan menjadi dasar untuk memberikan kekuatan yang bermakna. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang terstruktur, masif dan berkesinambungan guna mengatasinya.
Sangat luar biasa think tank (wadah pemikir) pemerintahan Presiden Prabowo yang telah merumuskan pencapaian tujuan nasional dalam negara yang sedang bergelut dengan berbagai masalah untuk melahirkan proyek strategis nasional dalam bentuk berbagai program diantaranya program makan bergizi gratis (MBG). Secara umum Program MBG bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi dan pengetahuan kelompok gizi sasaran. Dan secara khusus berorientasi pada 4 bidang utama yakni Gizi dan Kesehatan; Pendidikan; Kemiskinan dan Ekonomi.
Bidang Gizi. Sangatlah tepat secara khusus untuk peningkatan akses makanan bergizi, karena masih banyak masyarakat yang tidak memperoleh akses makanan bergizi apalagi gratis. Meningkatkan pola makan seimbang, bila pemberian makanan itu sesuai dengan kebutuhan individu atau masyarakat yang diklasifikasi berstatus gizi kurang, baik/nrmal bahkan berstatus gizi lebih. Namun, menurut penulis, snagat disayangkan tujuan khusus MBG tentang peningkatan pengetahuan gizi menjadi areal bidang gizi itu sendiri, yang sejatinya adalah bidang pendidikan.
Bidang Pendidikan. ketika seseorang cukup konsumsi makanan setiap hari, tentunya dapat berdampak pada prestasi, partisipasi dan kehadiran siswa dalam proses belajar. Mereka akan senang karena menerima makan bergizi dan gratis sehingga berakibat pengurangan anak pustus sekolah. Tetapi, menurut penulis, bagaimana bidang pendidikan ini dapat membelajarkan anak secara terstruktur, masif dan berkesinambungan tentang makanan, gizi dan kesehatan? Ini akan berdampak jelas pada peningkatan pendidikan peserta didik, sehingga program MBG bukan hanya memberikan makanan ibarat penggemukan atau peningkatan berat badan saja, tetapi ada pembelajaran yang harus dilakukan oleh sekolah baik dari PAUD, SD dan SLTP sederajat, SLTA/SMK sederajat. Bila pembelajaran itu dirancang berdasarkan regulasi yang jelas, ada bahan ajar dan kurikulum tentunya sangat menguntungkan pemerintahan hari ini dan telah bertekat untuk memperbaiki masa depan bangsa. Satu-satunya daerah yang mempunyai Pembelajaran tentang makanan, gizi, dan kesehatan yang diajarkan dari SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/SMK/sederajat adalah Provinsi Gorontalo yang telah diatur dalam regulasi daerahnya yakni PERATURAN DAERAH Nmor. 3 TAHUN 2015 Tentang Pembelajaran Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah. Jadi, untuk bidang pendidikan sebaiknya harus sampai pada peningkatan pengetahuan kepada anak sekolah atau peserta didik yang memperoleh MBG, agar tujuan khusus pada bidang pendidikan dapat tercapai. Bila tidak diberikan pembelajaran yang terstruktur yang ada kurikulum dan bahan ajar tentang makanan, gizi dan kesehatan, maka sangat diyakini begitu selesai pemerintahan Presiden Prabowo maka hilang tanpa bekas dampak dari program MBG. Bisa saja yang tersisa hanyalah peningkatan jumlah kegemukan/obesitas juga penyakit degeneratif, peningkatan penggunaan bahan pangan import, menghilangnya makanan tradisional yang terkait dengan budaya termasuk karakter bangsa, hilangnya potensi kekayaan tak benda yang dimiliki, karakter bangsa menjadi pudar, dsb.
Akibatnya, sirkulasi peningkatan ekonomi pada suatu daerah tidak terjadi malah mendukung produk import dan sistem konsumsi makanan yang tidak sehat bahkan berisiko yang mendukung lahirmya berbagai penyakit baik menular maupun tidak menular.
Bidang Kemiskinan. Bila peserta didik dari PAUD, SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/SMK/sederajat tidak dibelajarkan secara terstruktur, berjenjang dan berkesinambungan tentang makanan, gizi dan kesehatan, maka ini hanya menyuburkan pemahaman yang melekat, sikap yang konsisten bahkan praktik atau tindakan cinta produk bahan pangan import atau bisa saja pemahaman asal diberi makan yang penting kenyang. Akibatnya, mereka lebih menolak dengan beribu alasan MBG yang diutarakan oleh sasaran program. Selanjutnya, terjadilah kesenjangan dalam program ini, yang tadinya akan menciptakan lapangan pekerjaan baik dalam bidang pertanian, kesehatan, perikanan, peternakan, infrastruktur malah pekerjaan yang tercipta adalah bertitik tolak dari penggunaan produk-produk bukan dari daerah yang bersangkutan. Secara siknifikan, penanganan kemiskinan hanyalah semu dan beberapa saat akan muncul dengan dahsyat bahkan dibarengi oleh masalah kesehatan, sosial, budaya bahkan masalah keamanan dan pertahanan negara.
Bidang Ekonomi. Karena tidak mempunyai pengetahuan yang baiktentang makanan, gizi dan kesehatan, yang harapannya akan bersikap dan mempraktikkan penggunaan produk-produk lokal, membuat dan mengkonsumsi makanan tradisional, namun yang terjadi adalah tidak maksimalnya pergerakan ekonomi pada daerah tetapi malah menguntungkan pihak luar. Masyarakat hanya jadi konsumen yang sifatnya sangat ketergantungan, yang setiap saat bisa diresahkan, dibuat gaduh bahkan diadu domba dan hancur lebur.
Kebutuhan Gizi Sasaran Program MBG
Adalah sangat penting pemberian MBG pada sasaran diawali dengan identifikasi tentang status gizi, umur, aktivitas fisik. Sehingga ini menjadi dasar untuk pemberian makanan yang tetap memperhatikan jenis makanan apa yang baik diberikan, jumlah atau porsi bahkan citarasanya bagaimana? Temasuk pula mengedepankan kondisi ekonomi, sosial, budaya atau habitat/kebiasaan konsumsi makanan tradisional yang berasal dari daerahnya masing-masing.
Tabel berikut ini menjelaskan tentang tambahan energi dari MBG sebesar 30-35% berdasarkan Angka Kecukupan Gizi, namun khusus untuk balita hanya diberikan 20-25%. Terlihat pada tabel tersebut bahwa pemberian energi pada kelompok balita, PAUD/TK, SD/Sederajat kelas 1-3, SD/Sederajat kelas 4-6, SLTP/sederajat, SLTA/SMK/Sederajat, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. Jumlah penambahan energi disesuaikan dengan keadaan sasaran sehingga berkisar dari 275 kkal smapai 898 kkal dengan protein berkisar dari 5-6 gram dan berkisar 23-27 gram.
Tabel Tambahan Energi MBG 30-35% (Balita 20-25%)
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
Kelompok | Energi (kkal) | Protein (g) | Lemak (g) | Kh (g) | Serat (g) | Ca (mg) | Zat Besi (mg) | Vit. A (RE) | Vit. C (mg) | Folat (mcg) | Vit B12 (mcg) |
Balita | 275 – 344 | 5 – 6 | 10 – 12 | 44 – 54 | 4 – 5 | 165 – 206 | 2 – 2 | 85 – 106 | 9 – 11 | 36 – 45 | 0,3 – 0,4 |
PAUD/TK/RA | 280 – 350 | 5 – 6 | 10 – 13 | 44 – 55 | 4 – 5 | 200 – 250 | 2 – 3 | 90 – 113 | 9 – 11 | 60 – 70 | 0,4 – 0,5 |
SD/Sederajat Kelas 1-3 | 330 – 413 | 8-10 | 11-14 | 50 – 63 | 5-6 | 200 – 250 | 2-3 | 100 – 125 | 9-11 | 60 – 75 | 0,4 – 0,5 |
SD/Sederajat Kelas 4-6 | 585 – 683 | 16 – 18 | 20 – 23 | 87 – 102 | 8-10 | 360 – 420 | 2-3 | 180 – 210 | 15 – 18 | 120 – 140 | 1,1 – 1,2 |
SLTP/sederajat | 668 – 779 | 20 – 24 | 23 – 26 | 98 – 114 | ‘10-11 | 360 – 420 | 4-5 | 180 – 210 | 21 – 25 | 120 – 140 | 1,2 – 1,4 |
SLTA/SMK/Sederajat | 713 – 831 | 21 – 25 | 23 – 27 | 105 – 122,5 | 10-12 | 360 – 420 | 4-5 | 195 – 228 | 25 – 29 | 120 – 140 | 1,2 – 1,4 |
Ibu Hamil | 738 – 861 | 23 – 27 | 19 – 22 | 116 – 135 | 10-12 | 360- 420 | 13-15 | 270 – 315 | 26 – 30 | 180 – 210 | 1,4 – 1,6 |
Ibu Menyusui | 770 – 898 | 23 – 27 | 19 – 22 | 120 – 140 | 11- 13 | 360 – 420 | 5-6 | 285 – 333 | 36 – 42 | 150 – 175 | 1,5 – 1,75 |
Sumber: Standar Gizi dan Makanan Program MBG, 2024
Sebagai contoh: Bila anak SLTP gemuk/obesitas mengkonsumsi makanan setiap hari jumlahnya tetap bahkan berlebihan, kemudian malah ditambah dengan paket MBG, yang terjadi adalah sbb:
- Pemberian MBG pada anak SLTP berkisar 668 – 779 kkal. Kita ambil rata-rata pemberian MBG ± 700 kkal x 22 hari (dalam 1 bulan) = 15.400 kkal : 9 = 1,7 kg atau
- 700 kkal x 30 hari (1 bulan) = 21.000 kkal : 9 = 2,3 kg
- Maka: bisa terjadi kenaikan BB pada anak obesitas tadi berkisar 1,7 – 2,3 kg / bulan. Artinya bahwa anak SLTP ini malah bisa kegemukan/obesitas terus.
Ini contoh untuk kegemukan/obesitas, bagaimana penanganan sasaran kurang gzi termasuk pendek/stunting (sebaiknya ada perbedaan dalam pemberian makannya).
Selanjutnya, sangat besar anggaran yang akan terpakai pada program MBG dan diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat bahkan stabilitas ekonomi negara.
Sebagai contoh dari penggunaan anggaran sbb:
- Tiap orang makan perhari dengan harga Rp. 10.000,-
- Misalnya satu daerah ada 500.000 sasaran yang diberikan MBG,
- 500.000 x Rp. 10.000,- = Rp. 5.000.000.000
- Bila sebulan 22 hari maka:
Rp. 5.000.000.000,- x 22 hari = Rp.110 .000.000.000
Setahun: Rp. 110..000.000.000 x 12 = Rp.1.320.000.000.000/ tahun
(satu triliun tiga ratus dua puluh miliar rupiah)
Uang 1.32 Triliun rupiah akan tertahan didaerah itu bila semua bahan makanan menggunakan pangan lokal dengan resep khas daerah masing-masing. Sebut saja Beras dan penggati bahan lokal; Ikan, telur, daging; kacang-kacangan lokal, tempe/tahu; sayur-sayuran; buah-buahan; Minyak goreng; susu diproduksi lokal bukan inport; bumbu-bumbu lokal. Selayaknya uang sebanyak itu dapat menggerakkan perekonomian daerah asalkan benar-benar penggunaan bahan makanan adalah dari lokal itu sendiri. Dampaknya tingkat pendapatan petani dan pelaku program MBG meningkat, bisa menciptakan lapangan kerja, bisa menopang biaya sekolah anak mereka sehingga bisa meningkatkan pendidikan masyarakat, dsb.
Program MBG sangat baik, bagus dan tepat. Namun ada proses identifikasi sasaran yang diintensifkan, keseimbangan aktivitas di sekolah dan rumah. Meyakinkan, bahwa makanan yang diberikan adalah benar-benar sesuai kebutuhan tambahan energi dan layak untuk dikonsumsi. Ini dapat terlaksana dengan baik bila peran bidang pendidikan memberikan edukasi berjenjang, masif, dan berkesinambungan pada PAUD, SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/SMK/sederajat tentang makanan, gizi dan kesehatan. Pengetahuan yang diperolehnya secara berjenjang akan memberikan sikap kepada sasaran untuk mempraktikkan pemberian MBG di sekolah yang dilanjutkan juga di rumah mereka masing-masing. Akibatnya kemandirian produksi makanan di tiap rumah tangga dapat terlaksana dengan baik pula dan berkesinambungan.
Program MBG ini dapat berdampak baik untuk bangsa Indonesia diantaranya: Meningkatnya kesadaran dan perilaku masyarakat secara berjenjang tentang makanan, gizi dan kesehatan; Memutus mata rantai masalah makanan, gizi dan kesehatan secara berkesinambungan; Pengembangan dan pelestarian budaya dalam ketahanan pangan berbasis makanan tradisional; Mencipta dan meningkatkan jiwa enterpreneur peserta didik, pemanfaatan produk lokal, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan; Wadah Transformasi hasil riset dari Perguruan Tinggi dan Badan Riset tentang Makanan, Gizi dan Kesehatan pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan lapisan masyarakat
Tidak kalah pentingnya bahwa program MBG dan program lainnya adalah untuk mempersiapkan dan memciptakan Generasi bangsa Indonesia yang lebih baik, termasuk pada masa Indonesia Emas tahun 2045 yang disertai dengan bonus demografinya. Semoga hingga akhir zaman, Indonesia Terlindungi bangsa dan seluruh Tumpah Darah Indonesia misalnya dari kelaparan, kebodohan, kemiskinan; Tercapainya kesejahteraan umum; Tercerdaskan kehidupan bangsa; dan power untuk ikut dalam kancah ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semoga tulisan ini bermanfaat, bersama berkarya sebagai ibadah, Aamiin.
Pustaka:
- Kementerian Kesehatan. 2024. Standar Gizi dan Makanan. Program Makan Bergizi Gratis.
- Napu A. 2024. Anak Sekolah Indonesia Makan Gratis Masalah Gizi dan Kesehatan Meningkat. https://dinkes.gorontaloprov.go.id/anak-sekolah-indonesia-makan-gratismasalah-gizi-dan-kesehatan-meningkat/
- Napu A. 2022. Salam Gizi. https://dinkes.gorontaloprov.go.id/salam-gizi-sehat-melalui-makanan/#:~:text=Jawaban%20salam%20gizi%20adalah%20%E2%80%9CSehat,aktivitas%20termasuk%20olahraga%2C%20cuaca%2C%20status
- Badan Gizi Nasional. 2024. Deputi Bidan SIstem dan Tata Kelola. Petunjuk Teknis dan Operasional Program Makan Gizi Gratis.
- Napu A. 2024. Sekolah Sadar Gizi Berbasis Makanan Tradisional Makan Bergizi dan Gratis Untuk Masa Depan Bangsa.docx
- Pemerintahan Provinsi Gorontalo. 2015. PERDA No. 3 Tahun 2015 Tentang Pembelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Daerah. Makan Bergizi dan Gratis Untuk Masa Depan Bangsa.docx
- Napu A. 2024. Anak Sekolah Indonesia Makan Gratis Masalah Gizi Dan Kesehatan Meningkat. Makan Bergizi dan Gratis Untuk Masa Depan Bangsa.docx
- Napu A, dkk. THE INFLUENCE OF NUTRITION SCIENCE LEARNING ON STUDENTS ON THE CONSUMPTION ATTITUDE OF TRADITIONAL GORONTALO FOOD. Makan Bergizi dan Gratis Untuk Masa Depan Bangsa.docx
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram