Oleh: Anang S. Otoluwa
Dua hari lalu saya menerima WA dr ibu Yeyen: “Dok, besok sore saya diundang sebagai tamu untuk mengucapkan terima kasih kepada Presiden dan Menkes”. Saya jawab: “Alhamdulillah, semoga semua berjalan sesuai rencana ya”.
Bertemu dan bertatap muka dengan seorang Presiden adalah sebuah ‘privilege’ atau hak istimewa. Presiden itu hanya satu di antara 280 juta penduduk Indonesia. Untuk mendapatkan peluang berjumpa dengannya tidak mudah.
Karenanya, ketika mendengar ibu Yeyen diundang sebagai tamu, yang terlintas duluan dibenak saya adalah rasa syukur yang tiada tara. Alhamdulillah. Berikutnya, adalah harapan agar rencana ini benar-benar terlaksana. Karena sering kita dapati, rencana seperti ini bisa setiap saat berubah.
Alhamdulillah, kemarin sore apa yg diimpikan oleh ibu Yeyen itu terwujud. Saat peresmian unit layanan Ibu dan Anak RS Wahidin Makassar, ibu Yeyen berkesempatan menyampaikan terima kasihnya atas bantuan implan koklea kepada anaknya Akbar.
Dalam foto-foto yg beredar di group “Bantuan untuk Akbar” itu, terlihat ibu Yeyen diwawancarai oleh Humas Kepresidenan. Lalu, ada foto yang paling istimewa menurut saya, yakni swafoto 3 orang; Presiden Joko Widodo, ibu Yeyen, dan Akbar.
Ini adalah foto orang-orang luar biasa. Luar biasanya Pak Jokowi adalah ketika beliau bermurah hati memberikan kesempatan untuk berjumpa atau berswafoto dengan rakyatnya. Luar biasanya bu Yeyen dan Akbar adalah kemudahan mendapatkan bantuan dari Presiden, serta bonus berfoto selfi bersama Presiden RI.
Ini adalah kemudahan yang jarang diperoleh rakyat biasa seperti mereka. Saya menduga, hp yang digunakan itu milik bu Yeyen, sementara yang mengeksekusinya adalah Pak Presiden.
Saat mengamati foto itu, sekilas terbayang oleh saya suasana di City Mall Gorontalo (April 2024) saat kunjungan Presiden. Saking padatnya pengunjung, jangankan berfoto, mendekati Presiden saja bu Yeyen tak bisa. Tapi kini, dia diundang, lalu diwawancarai khusus, dan difotokan bersama oleh orang nomor satu di Indonesia itu.
Kemurahan dan kemudahan, adalah dua kata kunci yang memungkinkan semua ini terjadi. Saat Presiden bermurah hati, Akbar dan ibu Yeyen mendapatkan kemudahan. Hukum ini berlaku seperti hukum sebab akibat.
Maka, jika ada yang seseorang mendapatkan kemudahan, percayalah, disaat yang sama, ada orang lain yang telah menghadiahkan kemurahan itu kepadanya.
Saat ini, yang mendapatkan kemurahan itu adalah ibu Yeyen dan Akbar. Ke depan mungkin giliran saya dan Anda. Kenapa saya yakin sekali? Saya yakin, karena disetiap manusia bersemayam potensi meniru sifat Tuhan yang Maha Pemurah dan Penyayang itu.
Masih belum yakin? Berikut satu contoh lagi. Saat Akbar usai dipasangi koklea buatan tanggal 12 Agustus lalu, hati ibu Yeyen gundah. Prof. Eka Savitri (Ketua Tim yang mengoperasi Akbar) menyarankan agar bu Yeyen utk tinggal di Makassar selama proses habilitasi yang minimal perlu waktu setahun. Problemnya, ibu Yeyen saat ini bekerja di Gorontalo.
Karenanya bu Yeyen bermohon, kalau bisa proses habilitasi dan terapi wicara itu dilakukan di Gorontalo. Maksudnya, agar sambil mendampingi Akbar, dia tetap bisa bekerja di toko buku Gramedia.
Akan tetapi, karena pelatih terapi wicara itu belum ada di Gorontalo, maka Prof. Eka menyarankan agar bu Yeyen dan Akbar tetap tinggal di Makassar atau di Surabaya.
Anda bisa bayangkan konsekuensi pilihan ini. Ibu Yeyen akan kehilangan pekerjaannya. Lalu siapa yang akan membiayai semua kebutuhan itu jika dia hrs tinggal di Makassar atau Surabaya? Saat ini ibu Yeyen menghidupi kedua anaknya seorang diri (single parent).
Tapi, sekali lagi, ada seseorang memberikan kemurahan. Dan ibu Yeyen pun mendapatkan dampaknya, berupa kemudahan.
Pimpinan Pusat Gramedia di Jakarta, yang mendengar kisah bu Yeyen, memberi kemurahan atau hak istimewanya. Ibu Yeyen diberi kesempatan bekerja di cabang Gramedia mana saja, baik itu di Makassar ataupun Surabaya.
Satu bukti lagi, bahwa kemudahan itu bisa didapat, ketika ada orang lain yang memberikan kemurahannya. Maka, yakinlah, klu Anda saat ini belum mendapatkan kemurahan itu, tdk usah putus asa. Yakinlah, Anda tinggal perlu bersabar menunggu giliran itu tiba.
Keyakinan saya ada dasarnya. Ketika ibu Yeyen menerima berbagai kemudahan tadi, selain berterima kasih, saya yakin ada niat dihatinya untuk memberi kemurahan kepada org lain. Terutama kepada orang-orang yang telah membantu sehingga Akbar dan dia mendapatkan berbagai kemudahan ini.
Dalam sebuah percakapan dgn saya, ibu Yeyen baru tahu, kalau saya sering ke Toko Buku Gramedia. Saya bahkan kenal Nadia, salah seorang teman kerjanya disana. Mendengar itu bu Yeyen langsung bilang; “Kapan-kapan kalau ke Gramedia, ksh kabar ya dok. Saya nanti akan berikan diskon utk dokter”. Kan? (*)
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram