Oleh : Misrawatie Goi, SKM., MKM. (PNS di Poltekkes Gorontalo)
Baiklah, para pejuang gizi keluarga dan penggemar tempe goreng di seluruh nusantara! Pernah nggak sih, pusing mikirin vitamin? Apalagi Vitamin B. Dia ini unik, namanya satu tapi ternyata isinya keroyokan! Kayak grup arisan, ada B1, B2, B3, B6, B9 (asam folat), B12, dan teman-temannya. Banyak, kan? Pusing nggak tuh ngapalinnya? Udah kayak ngapalin nama-nama mantan gebetan zaman sekolah.
Nah, geng Vitamin B ini tugasnya vital banget, sodara-sodara. Mereka ini kayak crew di belakang panggung konser kehidupan kita. Ada yang tugasnya ngubah karbohidrat dari nasi sepiring jadi energi biar kita kuat nyinyirin tetangga (eh, maksudnya kuat bekerja!). Ada yang jaga sistem saraf biar nggak gampang korslet pas tanggal tua. Ada yang bantu bikin sel darah merah biar nggak pucet kayak habis lihat hantu (atau tagihan listrik). Pokoknya, mereka ini tim solid yang bikin mesin tubuh kita nggak error.
Terus, hubungannya sama tahu tempe apa? Nah, ini dia bagian serunya. Tahu dan tempe, duo pahlawan protein nabati kebanggaan bangsa ini, selain murah meriah (dulu!), juga jadi salah satu sumber beberapa jenis Vitamin B. Mereka ini andalan banget buat emak-emak se-Indonesia dalam misi mulia: pemenuhan gizi keluarga dengan budget minimalis tapi hasil maksimalis.
Tapi… jeng jeng jeng… belakangan ini ada drama percintaan segitiga antara kita, tempe, dan kedelai impor. Harga kedelai impor, bahan baku utama tempe dan tahu kita, lagi seneng banget main ayunan, tapi lebih sering naiknya ketimbang turunnya. Imbasnya? Para pengrajin tahu tempe jadi pusing tujuh keliling delapan tikungan. Mau naikin harga, takut pelanggan kabur. Nggak dinaikin, modal nggak nutup. Jalan tengahnya? Taraaa! Ukuran tahu dan tempe pun terpaksa ikut program diet ketat. Yang tadinya gagah perkasa, sekarang jadi lebih compact, lebih minimalis, kadang malah udah mirip sampel makanan gratisan di mal. Sedih nggak tuh? Mimpi swasembada pangan biar nggak tergantung impor tuh indah, tapi realitanya sering bikin elus dada lihat ukuran tempe.
Ini jadi tantangan tersendiri buat pemenuhan gizi keluarga, lho. Kalau porsi tahu tempe menyusut, otomatis asupan protein dan beberapa Vitamin B dari situ juga ikut berkurang, kan? Padahal, buat tumbuh kembang anak, buat energi bapak kerja, buat ibu tetap setrong ngurus rumah tangga, geng Vitamin B ini penting banget perannya.
Risiko kekurangan Vitamin B ini jangan dianggap remeh kayak upil di ujung jari, ya. Efeknya bisa macem-macem. Mulai dari gampang capek padahal cuma rebahan sambil scroll medsos, kesemutan melulu padahal nggak lagi naksir orang, mood swing kayak ABG labil, sampai masalah kulit dan anemia (khususnya kalau kurang B12 dan B9/folat). Kan nggak lucu, udah usaha tampil kece tapi ternyata badan kurang ‘bensin’ dari dalam.
Terus, kita kudu piyeee? Pasrah sama ukuran tempe yang makin imut? Ya nggak gitu juga konsepnya, Ferguso! Anggap saja ini momen buat kita lebih kreatif dan nggak terlalu fanatik sama satu jenis makanan.
Ingat, geng Vitamin B itu nggak cuma nongkrong di kedelai doang. Mereka juga banyak main di tempat lain:
- Telur (juaranya B12 selain daging!)
- Daging (sapi, ayam)
- Ikan (terutama ikan laut kayak tuna, salmon, atau ikan kembung yang lebih bersahabat di kantong)
- Susu dan produk olahannya
- Sayuran hijau gelap (bayam, kangkung – kaya folat/B9)
- Kacang-kacangan lain dan biji-bijian utuh (roti gandum utuh, beras merah)
Intinya, variasikan menu makanan keluarga. Jangan cuma tempe orek terus, coba sesekali telur dadar isi sayur, sup ikan, atau tumis daging campur buncis. Biar si geng Vitamin B dari berbagai sumber bisa masuk semua ke tubuh kita.
Jadi, kesimpulannya? Meski dunia per-kedelai-an lagi penuh drama dan ukuran tempe bikin kita nostalgia masa lalu, jangan sampai asupan Vitamin B kita ikutan krisis. Tetap cerdas dan kreatif dalam menyajikan menu harian. Siapa tahu, dengan lebih variatif, gizi keluarga malah makin oke. Dan mari kita berdoa bersama, semoga harga kedelai stabil dan ukuran tempe bisa kembali gagah seperti sedia kala.
Aamiin! Salam sehat dan tetap semangat ngunyah!***
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram