Capaian Imunisasi Bayi di Gorontalo Turun

IMG-20250415-WA0015.jpg

Imunisasi pada bayi di Kabupaten Gorontalo.

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Cakupan pelayanan imunisasi di Provinsi Gorontalo cenderung menurun sejak beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data yang tercatat pada Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), sampai dengan akhir triwulan 1 (satu) tahun 2025 cakupan imunisasi di Gorontalo baru berkisar antara 5-6%. Sementara target seharusnya dalam setiap bulannya berada pada angka 8,33%. Tidak meratanya cakupan di Kabupaten dan Kota juga menjadikan cakupan secara Provinsi mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Hal ini perlu menjadi kekhawatiran mengingat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, grafik cakupan imuisasi di Provinsi Gorontalo terus mengalami penurunan dan jauh dari target capaian program yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan RI. Beberapa tantangan yang dihadapi diantarnya adalah menipisnya stok vaksin terutama vaksin Campak-Rubela (MR), Inactivated Polio Vaccine (IPV), dan Rota Virus (RV). Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap manfaat imunisasi juga menjadi tantangan dalam upaya percepatan capaian imunisasi.

Terkait ketersedian stok vaksin di Kabupaten/Kota, berdasarkan data dari aplikasi Sistem Manajemen Imunisasi dan Logistik Elektronik (SMILE) per 13 April 2025, ketersediaan tiga jenis vaksin krusial (MR, IPV, dan RV) di beberapa wilayah kabupaten/kota berada di bawah batas minimal satu bulan, masing-masing hanya cukup untuk 1,1 dan 0,8 bulan. Masalah logistik ini juga berbanding lurus dengan penurunan cakupan dan capaian imunisasi bayi. Data dari Program Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menunjukkan, pada tahun 2024, cakupan imunisasi dasar lengkap hanya mencapai 14.958 bayi dengan capaian 67,50%. Ini merupakan penurunan paling tajam dalam enam tahun terakhir, setalah mencapai puncak 90,81% pada tahun 2022.

Beberapa daerah bahkan mengalami penurunan drastis. Kota Gorontalo, misalnya, hanya mencatat capaian 52,86%, padahal pada tahun 2022 masih mencapai 80,50%. Kabupaten Bone Bolango mencatat penurunan menjadi 60,58% dari sebelumnya 105,08%. Di beberapa daerah angka yang menunjukkan cakupan melebihi target dikarenakan adanya pelayanan luar wilayah administratif.

Permasalahan ketersediaan vaksin ini juga diperparah oleh ketimpangan distribusi antar kabupaten/kota. Data menunjukkan, per April 2025, Kabupaten Bone Bolango memiliki stok (nol bulan) untuk vaksin Hepatitis B dosis pertama (HB0), Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), dan RV. Kabupaten Gorontalo Utara hanya memiliki stok vaksin Tetanus-Difteri (Td) yang cukup untuk 0,2 bulan. Ketimpangan ini menjadi ancaman serius bagi upaya menekan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo telah menyusun sejumlah langkah tindak lanjut untuk mengatasi situasi ini. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Jeane Istanti Dalie, Selasa (15/04/2025) menjelaskan beberapa upaya yang sedang dilakukan yaitu pengajuan vaksin ke pusat untuk jenis vaksin yang berada di bawah stok minimal dan stok terbatas (IPV, RV, dan Td).

“Kami telah mengajukan permintaan vaksin untuk memenuhi stok di Gorontalo. Dan ini telah kami himbau ke kabupaten/kota untuk mengajukan permintaan vaksin terutama yang berada di bawah stok minimum”, terang Kabid Jeane.

Selain itu, Jeane menegaskan bahwa pihaknya rutin melakukan pemantauan berkala melalui aplikasi SMILE untuk memastikan akurasi pelaporan stok dan kebutuhan di Kabupaten/Kota. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk menjaga keberlangsungan layanan imunisasi.

“Penurunan cakupan di 2024 adalah wake-up call. Kita harus kerja lebih cepat, lebih cermat dan terukur” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa tahun 2025 ini menjadi tahun penentu apakah Gorontalo bisa bangkit dari tantangan imunisasi ini. Penyediaan logistik vaksin yang merata, penguatan sistem pelaporan, dan mobilisasi layanan ke wilayah sulit dijangkau harus menjadi prioritas.

“Capaian di bawah 70% sangat rawan. Kita harus pastikan tidak ada bayi dan anak-anak Gorontalo yang luput dari haknya untuk sehat dan terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” pungkasnya.

Rilis : Arman/ILB
Editor : Nancy Pembengo/MD

Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 − 5 =

scroll to top
Bahasa »