Oleh : Misrawatie Goi, SKM., MKM. (PNS di Poltekkes Gorontalo)
Di negeri kita yang aduhai ini, ada satu fenomena yang kadang lebih merakyat ketimbang rendang saat Lebaran: lemah, letih, lesu. Tiga L yang bunyinya kayak mantra pemanggil kasur. Nah, biang keroknya seringkali bukan karena kurang piknik atau kebanyakan nonton drakor, tapi si Nona Anemia yang diam-diam menyelinap.
Anemia ini, sederhananya, kondisi pas darah kita lagi galau. Sel darah merahnya kurang nendang, atau hemoglobin—si pembawa oksigen keliling kompleks—lagi males kerja. Akibatnya? Badan jadi kayak HP lowbat, bawaannya pengen mode pesawat terus. Penyebab utamanya seringkali si duo maut: kekurangan zat besi dan asam folat. Ibarat motor, ini oli sama bensinnya lagi seret.
Nah, dari mana datangnya pasukan zat besi dan asam folat ini? Tenang, nggak perlu impor dari planet Namek. Seringkali mereka ngumpet di dapur kita sendiri!
Zat Besi, si ‘tukang pukul’ biar darah strong, banyak beredar di:
- Hati ayam atau sapi: Ini juaranya, meski kadang penampilannya kurang fotogenik.
- Daging merah: Sapi, kambing, kerbau. Pasukan elite penambah darah (kalau lagi ada rezeki buat beli!).
- Telur: Terutama kuningnya. Si bulat penyelamat di tanggal tua.
- Ikan: Tongkol, kembung, lele. Murah meriah berkhasiat.
- Sayuran hijau gelap: Bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk. Prajurit hijau yang setia. Biar lebih ampuh serapannya, katanya bagus ditemani vitamin C, misalnya sambil minum es jeruk atau makan sambal tomat. Jadi kayak ada mak comblangnya gitu.
- Kacang-kacangan & Tempe/Tahu: Sumber nabati yang nggak kalah oke.
Asam Folat (atau Vitamin B9), si ‘arsitek’ buat sel-sel baru (termasuk sel darah merah dan sel otak janin), bisa diintip di:
- Sayuran hijau gelap lagi: Mereka ini emang multi-talenta. Brokoli, bayam, sawi.
- Kacang-kacangan: Kacang merah, kacang hijau, kedelai (termasuk tahu tempe lagi!).
- Buah-buahan: Jeruk, alpukat (kalau lagi nggak mahal!), pisang, pepaya.
- Hati: Si juara zat besi ini juga bawa asam folat. Bonus!
- Telur: Lagi-lagi si telur nongol. Emang superstar.
Jadi, nggak melulu harus pil, kan? Coba tengok isi kulkas dan warung sebelah. Kadang solusinya ada di tumis kangkung atau telur ceplok.
Sekarang, mari kita lihat siapa saja yang rawan kena ‘kutukan’ 3L ini kalau asupan ‘pasukan’ tadi kurang:
Pertama, ada remaja putri. Lagi mekar-mekarnya, eh, malah pucat kayak habis lihat mantan jalan sama gebetan baru. Siklus bulanan itu, lho, kadang bikin stok darah merah jadi defisit. Belum lagi kalau makannya pilih-pilih kayak nyari jodoh, lebih milih seblak daripada sayur bayam.
Kedua, ibu hamil. Ini mah spesial. Bawaannya ‘berdua’, jadi kebutuhan zat besi dan asam folatnya juga dobel—buat energi si ibu dan bangun ‘pabrik’ otak si calon bos kecil. Penting ini!
Ketiga, nah ini yang sering luput: laki-laki! Siapa bilang cuma perempuan yang boleh anemia? Bapak-bapak atau mas-mas yang kerjanya nguli atau mikir keras juga bisa kena. Mungkin makannya gagah perkasa, tapi kalau isinya cuma karbo dan gorengan, ya sama saja, pasukan zat besinya bisa pada desersi.
Keempat, tentu saja, perempuan pada umumnya yang sering merasa energinya kayak kuota internet di akhir bulan. Dikit-dikit capek, dikit-dikit ngantuk, pandangan berkunang-kunang. Ini tanda-tanda klasik butuh asupan ‘bensin’ darah yang tadi kita bahas.
Di tengah kepungan 3L ini, muncullah mereka, para petugas puskesmas yang heroik. Dengan senyum (dan kadang sedikit lelah juga, mereka kan manusia!), mereka berkeliling kampung, masuk ke gang-gang sempit. Mereka inilah garda terdepan yang ngasih penyuluhan soal makanan bergizi tadi, bagi-bagi tablet tambah darah (kalau memang perlu), dan mengingatkan kita pentingnya si duo zat besi & asam folat. Mereka pahlawan tanpa jubah, kadang cuma bersenjatakan tensimeter dan lembar balik.
Lalu, apa hubungannya sama sandal jepit? Ah, ini dia pengikat cerita rakyat kita. Sandal jepit itu alas kaki paling demokratis. Tapi, bayangkan kalau yang pakai sandal jepit itu orang anemia. Langkahnya jadi berat, diseret-seret, bunyinya “seret… seret…”, beda sama langkah orang sehat yang pakai sandal jepit, bunyinya “plak! plok! plak! plok!”, penuh semangat menyongsong hari (atau minimal menyongsong abang tukang sayur).
Jadi, intinya? Jangan sepelekan lemas dan pucat. Bisa jadi itu sinyal badan minta tambahan amunisi dari makanan kaya zat besi dan asam folat. Kalau ragu, tanya petugas puskesmas, pahlawan bersandal jepit (kadang-kadang!) itu. Dan ingat, hidup itu lebih asyik dijalani dengan langkah “plak-plok” penuh energi, bukan “seret-seret” kayak lagi narik gerobak kenangan. Ayo, lawan anemia dengan gizi seimbang, biar langkah tetap ringan meski ada di penghujung bulan!.***
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram