Kota Gorontalo, Dinkesprov – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menggelar kegiatan Monitoring dan Evaluasi Public Private Mix (PPM) sebagai langkah strategis memperkuat keterlibatan sektor swasta, khususnya klinik dan dokter praktik mandiri, dalam penanggulangan tuberkulosis (TBC).
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa, Jum’at (25/07/2025) di Grand Q Hotel Kota Gorontalo. Dalam sambutannya, Anang menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk mencapai target eliminasi TBC tahun 2030. Ia mengungkapkan bahwa secara nasional, kontribusi fasilitas kesehatan swasta terhadap penemuan terduga TBC cukup tinggi, yakni mencapai 23%. Namun, hanya 6% yang berlanjut hingga tahap pengobatan.
“Di Gorontalo sendiri, pelaporan kasus TBC oleh klinik swasta menunjukkan tren positif. Pada tahun 2023 hanya satu klinik yang melapor. Namun, pada tahun 2024 jumlahnya meningkat menjadi 37 klinik dan 10 TPMD (Tempat Praktik Mandiri Dokter). Meski begitu, hingga pertengahan tahun 2025, baru 27 klinik dan 10 TPMD yang aktif melaporkan melalui Sistem Informasi Tuberkulosis atau SITB,” ungkap Anang.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kewajiban pelaporan dan pencatatan kasus TBC telah diatur dalam berbagai regulasi, seperti Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Tuberkulosis dan Perpres Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Kedua regulasi ini mengamanatkan seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) untuk menjalankan pelaporan kasus TBC secara terpadu dan tepat waktu melalui SITB.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi PPM ini bertujuan untuk mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) swasta agar lebih proaktif dalam penanggulangan TBC. Hal ini meliputi penugasan sumber daya manusia (SDM) khusus sebagai penanggung jawab program TBC di masing-masing fasilitas, pelaksanaan penjaringan dan diagnosis kasus secara aktif, serta memastikan pengobatan pasien TBC dilakukan hingga tuntas.
Selain itu, fasyankes juga diharapkan melakukan pelaporan kasus secara real-time melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), membangun jejaring kerja sama yang erat dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat, serta ikut serta dalam kegiatan pelatihan dan investigasi kontak pasien TBC. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara sektor publik dan swasta dalam mewujudkan eliminasi TBC di Provinsi Gorontalo.
Anang berharap kegiatan ini menjadi momentum penting dalam mengakselerasi upaya penanggulangan TBC di Provinsi Gorontalo secara komprehensif, dengan melibatkan seluruh elemen layanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta.
“Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, saya berharap seluruh peserta dapat menindaklanjuti hasil pertemuan ini, sehingga eliminasi TBC di Gorontalo bukan sekadar target, tetapi menjadi kenyataan,” pungkasnya.
Rilks : Ihwan/ILB
Editor : Nancy Pembengo/MD
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram