Oleh: Shinto Mohamad
Kasie Gizi dan KIA Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Data terbaru status gizi balita di Provinsi Gorontalo menunjukkan capaian yang patut diapresiasi, namun juga menyisakan sejumlah catatan penting yang harus segera ditindaklanjuti. Berdasarkan data RISKESDAS, Survey Kesehatan Indonesia (SKI) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari tahun 2013 hingga 2024, berbagai indikator gizi seperti stunting, wasting, underweight, dan overweight mengalami perubahan signifikan baik ke arah positif maupun negatif.

Sumber data: Hasil survey 2013-2024
Capaian: Penurunan Stunting dan Wasting
Penurunan angka stunting menjadi salah satu pencapaian terbesar Provinsi Gorontalo dalam satu dekade terakhir. Dari angka 38,9% pada tahun 2013, kini menurun menjadi 23,8% pada tahun 2024. Dalam satu tahun terakhir saja, terjadi penurunan 3,1 poin persentase dari 26,9% (2023) ke 23,8% (2024). Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang berhasil menurunkan prevalensi stunting yang cukup signifikan. Ini mencerminkan keberhasilan sejumlah program intervensi seperti pemberian makanan tambahan, pemantauan tumbuh kembang, serta kampanye gizi seimbang yang dilakukan oleh berbagai lintas sektor.
Hal serupa juga terjadi pada wasting/gizi kurang atau kurus, angkanya turun dari 26,1% (2018) menjadi 11,1% (2024). Penurunan ini patut diapresiasi, mengingat wasting berkaitan erat dengan kondisi gizi akut dan risiko kematian tinggi.
Tantangan: Meningkatnya Underweight
Namun di tengah capaian tersebut, terdapat satu indikator yang justru mengalami lonjakan dan patut menjadi perhatian serius, yakni underweight. Proporsi balita dengan berat badan di bawah standar meningkat drastis dari 11,7% (2013) menjadi 23,6% (2024). Bahkan, hanya dalam setahun terakhir, terjadi kenaikan sebesar 1,6 poin dari 22% (2023).
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun stunting dan wasting menurun, masih banyak anak yang belum mendapatkan asupan gizi yang cukup secara kuantitatif dan kualitas. Kenaikan underweight bisa jadi merupakan refleksi dari kerentanan ekonomi keluarga, pola asuh yang belum optimal, serta akses terhadap pangan bergizi yang belum merata.
Fenomena Overweight dan Ketimpangan Gizi
Di sisi lain, proporsi balita overweight menurun dari 4,4% menjadi 2,7% dalam kurun waktu 2023–2024. Meski sekilas ini terlihat positif, namun perlu dicermati sebagai indikasi ketimpangan dalam pola makan. Masalah gizi kini tidak hanya terkait kekurangan, tetapi juga kelebihan asupan energi yang tidak seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Gorontalo kini menghadapi tantangan double burden of malnutrition.
Mengapa Ini Penting?
Status gizi balita merupakan indikator utama dari kualitas kesehatan masyarakat secara umum. Anak-anak yang mengalami stunting, wasting, atau underweight memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan tumbuh kembang (stunting), kesulitan belajar, serta menurunnya produktivitas di masa depan. Ini bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah pembangunan manusia.
Maka dari itu, data ini bukan sekadar angka, tetapi alarm bagi kita semua untuk bergerak bersama. Pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, media, dan tentu saja keluarga, perlu bergandeng tangan memastikan setiap anak di Gorontalo mendapatkan haknya atas gizi yang layak.
Arah Strategi ke Depan
Untuk menjaga momentum ini, beberapa langkah strategis perlu diprioritaskan:
- Perkuat Program Makan Bergizi Gratis.
Pemerintah daerah dapat memanfaatkan momentum kebijakan nasional program makan bergizi gratis menyesuaikan dengan kearifan pangan lokal Gorontalo. Demikian pula inovasi daerah Program Bele Mo’o Sehati (Besti) perlu dikembangkan di seluruh desa karena bisa menekan dan mencegah kejadian stunting (diulas edisi berikutnya) - Pemanfaatan Teknologi Pemantauan.
Sistem informasi gizi Kesehatan ibu dan anak terpadu (Sigizikia) yang didalamnya ada ePPGBM dapat membantu mendeteksi secara dini kasus rawan gizi dan mempercepat intervensi. - Pendidikan Gizi pada Siswa, Keluarga dan Masyarakat.
Gorontalo merupakan satu-satunya daerah yang mempunyai Perda tentang ilmu gizi berbasis pangan lokal yang berhubungan erat kaitannya dengan Program Makan Bergizi Gratis. Hal ini sebenarnya merupakan pondasi dasar bagaimana kita hidup Sehat Melalui Makanan. Peningkatan literasi gizi, edukasi pemberian MP-ASI yang benar, dan pola makan sehat perlu terus digalakkan melalui kader, puskesmas, dan media sosial. - Ketersediaan dan Akses Pangan Bergizi.
Mendorong ketahanan pangan berbasis rumah tangga dan komunitas, termasuk pemanfaatan lahan pekarangan serta peningkatan diversifikasi pangan lokal.
Penutup
Perjalanan memperbaiki status gizi balita di Gorontalo masih panjang. Capaian penurunan stunting dan wasting perlu terus dijaga, sementara lonjakan underweight harus segera dikoreksi melalui aksi nyata yang berbasis data, kontekstual, dan kolaboratif. Menyehatkan anak-anak hari ini adalah investasi terbaik untuk masa depan Gorontalo yang lebih kuat, cerdas, dan unggul menuju Indonesia emas tahun 2045.
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram