Kabupaten Gorontalo, Dinkesprov – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Provinsi Gorontalo melaksanakan kegiatan Active Case Finding (ACF) atau Penemuan Kasus Aktif Tuberkulosis (TBC) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas III Gorontalo, Selasa (14/10/2025).
Kegiatan ACF ini dibuka secara resmi oleh Kepala Lapas Perempuan Kelas III Gorontalo, Elang Kartini, dan turut disaksikan oleh perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Provinsi Gorontalo.
Dalam sambutannya, Elang Kartini menyampaikan apresiasi atas dukungan lintas sektor dalam upaya peningkatan layanan kesehatan bagi warga binaan. Ia menegaskan bahwa kesehatan merupakan hak dasar setiap individu, termasuk mereka yang sedang menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Pelaksanaan ACF ini bertujuan memperkuat deteksi dini dan penemuan kasus aktif TBC di lingkungan lembaga pemasyarakatan, yang diketahui memiliki risiko tinggi penularan penyakit menular akibat kepadatan hunian dan keterbatasan ventilasi udara.
Sebanyak 78 warga binaan mengikuti skrining kesehatan menggunakan alat Portabel X-Ray untuk mendeteksi secara cepat dan akurat adanya indikasi penyakit TBC. Dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan 4 orang terduga TBC yang selanjutnya akan menjalani pemeriksaan lanjutan dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk memastikan diagnosis.

Kegiatan ini juga mendapatkan pendampingan dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, serta Puskesmas Limboto selaku wilayah kerja yang membina Lapas Perempuan Kelas III Gorontalo.
Menurut Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dolvi Sumarauw, kegiatan ACF di lembaga pemasyarakatan merupakan langkah strategis dalam memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat.
“Lapas merupakan salah satu lokasi dengan tingkat risiko penularan yang tinggi, karena kondisi lingkungan dan interaksi antarwarga binaan yang intens. Melalui skrining aktif seperti ini, kita bisa menemukan kasus sejak dini dan segera memberikan pengobatan, sehingga potensi penularan dapat ditekan,” jelas Dolvi.
Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan ACF tidak hanya penting untuk melindungi warga binaan, tetapi juga petugas dan masyarakat sekitar yang berinteraksi dengan lingkungan lapas.
“Kesehatan di dalam lapas adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Upaya deteksi dini seperti ini membantu memastikan bahwa pengendalian TBC dilakukan secara menyeluruh dan berkeadilan,” imbuhnya.
Sinergi lintas sektor ini menjadi bukti komitmen bersama dalam memperkuat layanan kesehatan berbasis institusi dan meningkatkan akses deteksi dini TBC bagi warga binaan pemasyarakatan.
Pelaksanaan ACF di Lapas Perempuan Kelas III Gorontalo juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan program prioritas Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie yang menekankan pentingnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pengendalian penyakit menular, serta pemerataan akses layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk di lingkungan pemasyarakatan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan upaya eliminasi TBC di Indonesia dapat berjalan lebih optimal, mendukung terwujudnya visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.”
Rilis : Ihwan /ILB
Editor : Nancy Pembengo/MD
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram
