Sosok Syahrin, Pensiunan yang Tetap Setia di Puskesmas Kwandang

WhatsApp-Image-2025-09-09-at-09.51.08.jpeg

Sosok Syahrin Abdul Aziz.

Kabupaten Gorontalo Utara, Dinkesprov – Suasana Puskesmas Kwandang pagi itu tampak seperti biasa. Para tenaga kesehatan sibuk melayani pasien, beberapa pegawai sedang mempersiapkan kegiatan penyuluhan, dan di sudut ruangan terlihat sosok yang tak lagi muda, tetapi masih dengan raut wajah bersemangat.

Dialah Syahrin Abdul Aziz, seorang pensiunan tenaga kesehatan yang memilih tetap hadir setiap hari di Puskesmas, meski kini tak lagi terikat kewajiban dinas, apalagi gaji bulanan.

Syahrin bukan pegawai baru, bukan juga relawan. Ia adalah mantan tenaga promosi kesehatan yang telah menghabiskan puluhan tahun kariernya di Puskesmas Kwandang. Namun, saat masa pensiun tiba sejak setahun yang lalu, langkahnya tidak berhenti.

“Bagi saya, pensiun bukan berarti berhenti bekerja. Gaji pensiun yang saya terima itu justru menjadi alasan untuk tetap masuk kantor. Itu gaji yang membuat saya terus merasa wajib mengabdi,” ungkap Syahrin, Senin (08/09/2025).

Disaat banyak orang memaknai pensiun sebagai masa istirahat setelah bertahun-tahun bekerja, bagi Syahrin, pensiun justru menjadi ruang untuk semakin memaknai arti pengabdian.

Setiap pagi, ia tetap mengenakan pakaian rapi, berangkat ke Puskesmas, dan melakukan rutinitas seperti dulu.

Bedanya, kini ia tak lagi menerima daftar absensi atau target kinerja.

“Kalau orang lain mungkin menganggap saya aneh, sudah pensiun kok masih kerja tanpa dibayar. Tapi saya merasa, justru di sinilah kebahagiaan saya. Bisa membantu teman-teman nakes, itu yang membuat saya sehat dan semangat,” ujarnya.

Bagi para tenaga kesehatan muda di Puskesmas Kwandang, keberadaan Syahrin seperti sumber inspirasi. Ia sering terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan di desa-desa, membantu menyiapkan materi, hingga mendampingi kader posyandu.

Tidak sedikit pula yang belajar darinya tentang cara menyampaikan pesan kesehatan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami masyarakat.

“Pak Syahrin itu guru bagi kami. Beliau menanamkan semangat melayani. Kami sering bercermin dari pengabdian beliau,” tutur seorang petugas muda di Puskesmas.

Keputusan Syahrin untuk terus mengabdi tanpa honor menjadi cermin bahwa pengabdian tak selalu diukur dengan uang.

Baginya, gaji pensiun yang diterima setiap bulan adalah rezeki yang cukup. Bahkan, ia menegaskan bahwa rasa bahagia saat bisa membantu orang lain jauh lebih bernilai dibanding tambahan materi.

“Kalau hitung-hitungan dunia, memang tidak seimbang. Tapi kalau bicara kepuasan batin, ini luar biasa. Rasanya hidup saya lebih berarti ketika bisa terus memberi, meskipun hal-hal yang sederhana,” kata Syahrin.

Masyarakat yang pernah merasakan sentuhan edukasi kesehatan dari Syahrin tentu tak asing dengan gayanya yang ramah dan sabar.

Ia tidak hanya bicara soal kesehatan, tetapi kerap mendengarkan keluhan warga, memberi motivasi, bahkan sekedar menemani dengan candaan. Tak heran, kehadirannya selalu dirindukan di setiap kegiatan.

Kini, di usianya yang tak lagi muda, Syahrin tidak memikirkan kapan ia akan berhenti. Yang ada hanya satu tekad, terus mengabdi selagi masih diberi kesehatan.

Syahrin percaya, pengabdian adalah warisan terbaik yang bisa ditinggalkan, lebih dari sekedar harta.

“Saya ingin dikenang karena pernah memberi manfaat. Entah sampai kapan, tapi untuk saat ini selagi masih bisa jalan, selagi masih bisa bicara, saya akan tetap datang ke Puskesmas,” ucapnya penuh keteguhan.

Syahrin Abdul Aziz adalah potret pengabdian tanpa batas. Di tengah dunia yang serba dihitung dengan angka, ia hadir dengan teladan, bahwa melayani manusia bukan soal pekerjaan semata, melainkan panggilan hati.

Rilis : Andre/ILB
Editor : Nancy Pembengo/MD

Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seventeen + 1 =

scroll to top
Bahasa »