Kota Gorontalo, Dinkesprov – Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit kronis dengan durasi yang panjang dan progres penyembuhan yang umumnya lambat. Semua kelompok usia dan semua wilayah di dunia beresiko terkena PTM.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Reyke Uloli, SKM., M. Kes., saat mewakili Kepala Dinas membuka Orientasi Pandu PTM di Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP) secara daring melalui zoom meeting, Selasa (12/10/2021).
“Meningkatnya kasus PTM disebabkan antara lain karena adanya transisi epidemiologi, transisi demografi, transisi gizi, transisi perilaku yang cenderung kurang bergerak, konsumsi rendah serat, tinggi gula, garam dan lemak (GGL), merokok, alkohol serta stres”, ungkapnya.
Reyke mengatakan, Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.
“Meningkatnya kasus PTM secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi tinggi”, katanya.
“Sehingga berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung oleh negara dan masyarakat, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun) dan terjadi komplikasi”, imbuhnya.
Reyke menjelaskan, Indikator kinerja Program PTM di Provinsi Gorontalo sendiri ialah pada tahun 2020 jumlah Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di 80% Puskesmas Target 80% Capaian 80, 64%.
“Artinya sudah tercapai dan untuk capaian program PTM yakni cakupan deteksi dini faktor risiko hipertensi total 80% sasaran jumlah penduduk yang dilakukan deteksi dini HT yaitu 745.087, 80% dari sasaran adalah 596,068, penduduk dengan faktor risiko Hipertensi ada 13.949 (2,31%),” jelas Reyke.
Terakhir dirinya menyampaikan dalam melakukan pencegahan terhadap PTM kiranya dapat mengendalikan beberapa faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
“Mencegah dan mengendalikan faktor risiko salah satu diantaranya adalah deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular melalui Pos Binaan Terpadu (Posbindu) yang harus diaktifkan melalui pemberdayan masyarakat di desa, sehingga germas menjadi momentum bagi masyarakat guna membudayakan pola hidup sehat,” tutup Reyke.
Rilis : Putra (gps)
Editor : Nancy Pembengo