Oleh: Dr. Arifasno Napu, SSiT, MKes*
(Selamat Hari Pramuka 14-08-1961 s/d 14-08-2020 dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17-08-1945 s/d 17-08-2020).
Saat di Medan Perang, pakaian pejuang berwarna putih-putih, dengan lumuran keringat, lumpur dan kotoran lainnya, air mata bahkan lumuran darah sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Inilah warna yang digunakan pada seragam Pramuka yang anggotanya pertama kali menaikkan bendera Pusaka di Istana Merdeka. Namun mengapa seragam pengibar bendera menjadi putih-putih perlambang tidak berjuang, tidak berkorban, dan tidak nasionalis?
1. Kepramukaan Dalam Sejarah Kebangsaan
Semangat perjuangan generasi muda yang terhimpun dalam kepanduan telah berperan aktif pada kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda serta terjadinya pengabadian kata pandu dalam syair lagu Indonesia Raya oleh penciptanya W.R. Supratman. Ini memberikan keleluasaan Kepanduan Indonesia menjadi diwaspadai dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perebutan kemerdekaan Indonesia. Sehingganya itu, gerakan kepanduan yang semula beristilah Padvinder, oleh KH Agus Salim menggantikannya menjadi Pandu. Adapun organisasi kepanduan yang lahir sebelum perang dunia ke-2 diantaranya Pandu Hizbul Wathan (HW), Serikat Islam Afdeling Pandu (SIAP), Pandu Kristen, Pandu Katolik, Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan organisasi kepanduan lainnya. Setelah merdeka semua kepanduan di Indonesia disatukan menjadi Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana) yang diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1961 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tanggal 20 Mei 1961.
Saat dalam kebimbangan untuk memerdekakan diri karena terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia (Jepang telah dihancurkan dengan Bom Atom yang diledakkan di Hirosima dan Nagasaki oleh Amerika dan sekutunya pada 6 Agustus 1945), maka kegigihan para pemuda yang dibesarkan melalui organisasi Kepanduan, melaksanakan penculikan kepada Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 yang di bawa ke Rengasdengklok guna memikirkan dan bertindak memproklamirkan kemerdekaan. Dengan tindakan ini maka lahirlah teks Proklamasi yang sebelumnya merupakan dialog diantara mereka berdua dengan tulisan Bung Karno dan isinya didiktekan oleh Bung Hatta. Luar biasa teks proklamasi yang dibuat tersebut dan jika kita maknai bersama mempunyai nilai-nilai religi, kejuangan/keberanian, filosofi, dan masa depan bangsa. Pada pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 tersebut dilaksanakan pula pengibaran bendera pusaka oleh para pemuda sebagai simbol identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terlepas dari penjajah.
2. Masa Mempertahankan Dan Mengisi Kemerdekaan
Para pahlawan bangsa Indonesia yang banyak didikan dari kepanduan telah memerdekaan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mempertahankan keutuhan NKRI dan mengisi kemerdekaan pun tidak lepas dari torehan sejarah bangsa. Ternyata mereka merupakan orang-orang yang taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga punya kekuatan fikir dan kerja, kekuatan doa dan ikhtiar bersama, dibarengi pula dengan semangat para Syuhada yang telah melepaskan para tawanan atau budak dari berbagai belengguannya. Ini yang membuat seluruh lapisan masyarakat mampu menyatukan langkah dan tekatnya guna NKRI. Jadi semangat para pahlawan yang mencontoh para pahlawan sebelumnya bukan hanya di dada mereka namun teraktualisasi, seperti pengabadian 10 Nopember 1945 yang digerakkan tokoh-tokoh pemuda yang dilahirkan dari organisasi kepanduan diantaranya Bung Tomo. Pidatonya yang disampaikan melalui siaran radio, dengan kalimat merdeka atau mati dan lebih seru lagi dikedepankan kalimat-kalimat semangat dan mendarahkan sekujur tubuh yakni Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Peristiwa ini merupakan perang terberat sejak kemerdekaan antara Indonesia dengan Pasukan Britania Raya (Inggris dengan sekutunya), yang pada akhirnya mengabadikan Surabaya menjadi Kota Pahlawan.
Selanjutnya, masih saja para penjajah belum rela menyerahkan begitu saja kekuasaannya. Terjadilah penawanan besar-besaran para tokoh bangsa diantaranya Soekarno dan Hatta yang diasingkan tahun 1948-1949 ke Bangka sehingga bendera pusaka yang telah dikibarkan harus diselamatkan eksistensinya. Penyelamatan ini tidak lepas dari peran seorang pandu yang bernama Husein Mutahar (H. Mutahar) yang merupakan sekretaris pribadi Soekarno. Beliau ditugaskan khusus oleh Soekarno untuk menyelamatkan bendera yang dijahit oleh Ibu Fatmawaty tersebut sebagai lambang kesakralan Bangsa Indonesia. Dengan pertaruhan jiwa karena lari dari tawanan penjajah, bendera pusaka dapat diselamatkan dengan memisahkan warna merah dan putih yang kemudian dijahit lagi. Bendera ini diserahkan kembali kepada Bung Karno melalui perantara Bapak Soedjono yang merupakan delegasi Indonesia yang dapat berkunjung ke Bangka.
Sejarah warna menjadi hal yang istimewa dalam mempertahankan keluhuran perjuangan, seperti warna bendera kita yakni “merah dan putih”. Warna ini bukan serta merta disakralkan, namun melambangkan sejarah bumi Indonesia yang dikibarkan kejayaannya oleh Kerajaan Majapahit. Sering juga dimaknai sebagai simbol keberanian dan simbol kesucian.
3. Kehebatan Kak Husein Mutahar dan Kak Idik Sulaiman
Husein Mutahar sebagai komponis terkenal dengan lagu-lagu gubahannya seperti Hymene Syukur, dan Mars Hari Merdeka. Beliau dikenal sebagai bapak Paskibraka ini diberi tugas oleh presiden Soekarno menyusun upacara pengibaran bendera pusaka ketika Republik Indonesia merayakan hari kemerdekaan pertamya, 17 Agustus 1946. Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilaksanakan oleh para pemuda yang mewakili dari daerah-daerah Indonesia. Namun sulit, sehingga Bendera Pusaka hanya dikibarkan oleh lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang melambangkan Pancasila. Pengibaran yang sama dilaksanakan sampai tahun 1949 di ibu kota negara yang masih di Yogyakarta. Tahun 1950 ibu kota kembali ke Jakarta, pengibaran Bendera Pusaka dilaksanakan oleh rumah tangga kepresidenan hingga tahun 1966 dengan para pengibarnya adalah pelajar dan mahasiswa dari Jakarta yang juga merupakan anggota Pramuka.
Pada tahun 1967, Husein Mutahar menjabat sebagai Dirjen Urusan Pemuda dan Pramuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka. Adapun tatacaranya dilaksanakan oleh satu pasukan yang dibagi tiga kelompok yakni kelompok tujuh belas, kelompok delapan dan kelompok empat puluh lima. Kelompok ini diantaranya terdiri dari para anggota pramuka dengan seragam pramuka lengkapnya.
Gerakan Pramuka merupakan organisasi yang jelas idiologinya dalam membawa kemerdekaan dan mempertahankan NKRI serta dalam mengisi kemerdekaan melalui didikkan nasionalismenya. Ini sesungguhnya terlukiskan dalam warna seragam pramuka yang telah meletakkan simbol-simbol kegigihan, keberanian, perjuangan, pengorbanan, dan tidak kalah pentingnya sebagai pengabadian warna pakaian para pejuang yang telah kotor dengan lumuran keringatnya, lumuran lumpur dan kotoran lainnya, air mata bahkan darah sehingga warna kemejanya menjadi coklat muda dan coklat tua pada celananya yang semula adalah berwarna putih-putih (AD, ART Gerakan Pramuka).
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967. Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sementara Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri. Para remaja siswa ini tidak lepas merupakan anggota Pramuka di gugus depannya masing-masing.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada tahun 1973, Kak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.
Pada dasarnya Paskibraka terdiri dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi, dan Nasional. Untuk tingkat Kota/Kabupaten yaitu melaksanakan tugas di Kota asal Paskibraka tersebut dengan inspektur upacara yaitu Wali Kota/bupati/setara. Pembentukan Tingkat Provinsi yaitu diseleksi dari kota-kota pada provinsi tersebut dan akan diutus ke ibu kota provinsi dari kota-kota di provinsi daerah asal, Paskibraka pada tingkat ini melaksanakan tugas di ibu kota Provinsi dengan inspektur upacara yaitu Gubernur/setara. Dan yang akhir yaitu tingkat Nasional yaitu Paskibraka yang diseleksi dari seluruh provinsi di Indonesia yang tiap-tiap provinsi akan mengutus satu putra dan satu putri terbaik dan tingkat ini melaksanakan tugas di Istana Merdeka Jakarta, dengan inspektur upacara yaitu Presiden Republik Indonesia. Paskibraka dibagi menjadi dua tim tugas yaitu pasukan yang melakukan tugas pagi sebagai pengibar bendera dan tugas sore sebagai pasukan penurunan bendera.
Adapun formasi khusus Paskibraka yang merupakan karya besar Kak Husein Mutahar sebagai bapak Pendiri Paskibraka dan Kak Idik Sulaeman sebagai pencetus istilah Paskibraka yaitu:
• Kelompok 17 berposisi di paling depan sebagai pemandu/pengiring dengan dipimpin oleh suatu Komandan Kelompok (DanPok). Kelompok 17 Ini seluruhnya merupakan anggota Paskibraka.
• Kelompok 8 berposisi di belakang kelompok 17 sebagai pasukan inti dan pembawa bendera. Di kelompok ini terdapat 4 anggota TNI atau POLRI (di Tingkat Nasional terdapat anggota Paspampres) sebagai pengawal dan 2 putri Paskibraka sebagai pembawa bendera (sekarang hanya satu pembawa bendera), 3 putra Paskibraka pengibar/penurun bendera, dan 3 putri Paskibraka di shaf belakang sebagai pelengkap/pagar.
• Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 sebagai pasukan pengawal/pengaman dan merupakan anggota dari TNI atau POLRI dengan senjata lengkap. Untuk tingkat nasional (di Istana Negara), pasukan 45 terdiri dari anggota Paspampres.
Pasukan yang melakukan pengibaran/penurunan bendera dipimpin oleh Komandan Pasukan (Danpas) yang posisinya di sebelah kanan Komandan Kelompok (DanPok) 17. Danpas merupakan perwira TNI atau POLRI minimal berpangkat letnan atau inspektur hingga kapten atau ajun komisaris polisi (AKP).
4. Pramuka dan Paskibraka
Para Pengibar Bendera Pusaka yang merupakan anggota Pramuka dan menggunakan seragam pramuka penting ditelusuri sebagai pembuktian sejarah bahwa Gerakan Pramuka telah berperan sejak zaman penjajahan/merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan. Saat ini, warna pakaian seragam para pengibar bendera baik upacara proklamasi kemerdekaan ataupun upacara resmi lainnya adalah putih-putih tanpa setitik noda pun. Jika ditelusuri, apa makna simbol warna ini? Bukankah dengan seragam putih-putih ini dapat memberikan arti sejarah bahwa bangsa kita tidak berjuang, tidak bekerja, tidak berkorban untuk kemerdekaannya? Sangat tepat apabila para pengibar bendera Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ataupun untuk upacara resmi lainnya adalah mengenakan seragam pramuka lengkap yang tentunya benar-benar mempertahankan penggambaran semangat juang, sejarah dan nasionalisme Bangsa Indoensia.
Berdasarkan semua yang telah dijelaskan, maka dalam mempertahankan nilai-nilai sejarah warna dalam kebangsaan, maka sangat penting memperhatikan semua perjuangan yang telah dilaksanakan oleh para Pandu/Pramuka. Sebagai simpulan tulisan ini adalah:
a. Pakaian Paskibraka berwarna Putih-Putih tanpa setitik noda, maka apakah dapat menjadi simbol bahwa tidak ada perjuangan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan?
b. Dibutuhkan tim pengkaji sejarah dan makna warna pakaian para pandu yang merupakan para pejuang bangsa dan telah berperan sebagai pengide, pencetus, dan pelaksana langsung dalam Paskibraka.
c. Mengusulkan pengembalian titah warna perjuangan Bangsa Indonesia yakni berwarna seragam pramuka yang diawali dari warna putih-putih atau warna lainnya menjadi warna coklat muda dan coklat tua yang diabadikan sebagai warna seragam perjuangan.
d. Dampak bukti sejarah kepanduan/kepramukaan merupakan dampak kebenaran dan kebesaran Gerakan kepanduan/kepramukaan yang berlangsung terus dalam kebeningannya apalagi Pakaian Seragam Pramuka kedepannya menjadi pakaian Paskibraka.
Semoga Tulisan ini bermanfaat. Ayoo! Berani berbuat baik untuk Indonesia.
*Wakil Ketua Kwarda Gorontalo Bidang Binawasa; Sekertaris Mabi SBH Daerah Gorontalo; Ketua Pramuka Peduli Daerah Gorontalo; Pelatih Lanjutan.
Sumber:
- Undang-Undang No 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
- Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
- Kwarnas Gerakan Pramuka, 40 Tahun Gerakan Pramuka, Jakarta Tahun 2001
- https://www.tagar.id/perpres-jokowi-tentang-celana-panjang-paskibraka/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pasukan_Pengibar_Bendera_Pusaka
Tulisan ini telah dimuat dalm media lainnya.