Rujukan Luar Daerah Habiskan Anggaran Fantastis, Rumah Sakit Tersier Solusi Terbaik

IMG-20190819-WA0027.jpg

Gubernur Gorontalo H. Rusli Habibie saat berkunjung ke RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Belum adanya rumah sakit tersier di Gorontalo, membuat rumah sakit di bumi serambi madinah ini harus merujuk pasien ke luar daerah. Untuk merujuk satu pasien di luar daerah bukan perkara mudah.

Bagi masyarakat yang ekonomi menengah ke bawah biaya rujuk ke luar daerah pastilah sangat sulit. Sehingga terkadang mereka harus pasrah dengan kondisi tersebut. Pemerintah Provinsi Gorontalo pun sudah berupaya maksimal. Tiap tahunnya pemerintah Provinsi Gorontalo harus merogok kocek Rp 1,25 miliar untuk merujuk pasien ke luar daerah.

Jumlahnya pun terbatas. 20 pasien tiap tahunnya. Upaya pemprov melalui ide Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dijalankan untuk program Kesehatan yang lebih prima bagi masyarakat.

Menkes RI Nila Farid Moeloek saat melakukan Kunlaptik di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Menurut Kepala Bapppeda Budiyanto Sidiki saat Forum Diskusi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Rumah Sakit Ainun Habibie, Minggu (18/8/2019) dikatakan bahwa untuk dua rumah sakit saja, yakni Rumah Sakit Aloe Saboe di Kota Gorontalo dan Rumah Sakit MM Dunda di Kabupaten Gorontalo jumlah pasien yang dirujuk ke luar daerah sebanyak 2.481 pasien tiap tahunnya.

“Biaya ini bisa saja lebih karena pasien yang dirujuk itu kan didampingi keluarganya. Semakin banyak yang ikut semakin besar biayanya. Belum lagi soal ongkos transportasi dan akomodasi selama dirawat,” kata Budiyanto.

Untuk daerah rujukan biasanya di daerah Manado, Makassar dan pulau Jawa seperti Jakarta dan Surabaya. Jika ditaksir setiap rujukan membutuhkan biaya antara Rp12–Rp15 juta. Maka ada Rp 59,4 miliar uang milik pasien yang harus dihabiskan untuk berobat selama satu minggu.

Di sisi lain lanjut Budi, pemerintah provinsi hanya mampu menyediakan anggaran Rp1,25 miliar per tahun untuk pasien rujukan. Dana ini hanya bisa mengakomodir 20-25 pasien miskin tergantung lokasi daerah dan rumah sakit yang dituju.

“Berdasarkan kajian inilah kenapa KPBU RS Ainun ini perlu untuk kita laksanakan. Jika RS Ainun sudah menjadi rumah sakit rujukan tipe B maka pasien yang keluar daerah ini bisa berobat di Gorontalo dengan biayanya yang lebih murah. Bahkan masyarakat miskin bisa berobat gratis,” imbuhnya.

KPBU RS Ainun yang dibangun melalui investasi swasta memungkinkan untuk berevolusi menjadi rumah sakit yang modern dan canggih dalam waktu yang singkat.

Jika saat ini RS Ainun memiliki tipe C dengan 63 kamar tidur, 19 dokter serta 75 tenaga medis akan berubah menjadi tipe B dengan 267 kamar tidur, 75 dokter serta 509 tenaga medis.

Rilis : Andi/gps
Editor : Nancy Pembengo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

15 − five =

scroll to top
Bahasa »