Apresiasi Menkes RI untuk Provinsi Gorontalo
Dinkesprovgorontalo- Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Tingkat Provinsi Gorontalo tahun 2018 terintegrasi dengan Rakontek Program Kesmas dan Rakontek Program P2P sukses digelar oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorotnalo pada tanggal 6-7 April 2018 di Grand Q Hotel Kota Gorontalo.
Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) yang diwakili oleh Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI dr. Siswanto, MHP, DTM secara langsung
membuka kegiatan tersebut yang ditandai dengan pemukulan alat musik tradisional Gorontalo yaitu Polopalo.
Pada kesempatan tersebut, Kaban Litbangkes Kemenkes RI membacakan sambutan Menteri Kesehatan RI. Mengawali sambutannya, beliau menyampaikan permohonan maaf Menteri Kesehatan yang berhalangan hadir untuk membuka Rakerkesda di Gorontalo.
Adapun isi sambutan tersebut mengankat tentang isu-isu Percepatan Eliminasi Tuberkulosis, Penurunan Stunting dan Peningkatan Cakupan serta Mutu Imunisasi. Dalam sambutan tersebut, Menteri Kesehatan sangat mengapresiasi dipilihnya pembahasan ini, karena menunjukkan itikad dan upaya yang terus-menerus untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat Gorontalo yang maksimal, dengan selalu mengedepankan perhatian dan pelayanan pada isu-isu prioritas kesehatan terkini, terkait TBC, Stunting dan Imunisasi.
Kementerian Kesehatan sangat menghargai upaya Provinsi Gorontalo dalam menindaklanjuti hasil Rakerkesnas tahun 2018 dengan menyusun Rencana Aksi Daerah sesuai yang disepakati dalam Diskusi Binwil pada momen Rakerkesnas. Oleh karena itu, dalam upaya menangani 3 isu prioritas kesehatan saat ini perlu ditekankan pada upaya promotive dan preventif dari pada upaya kuratif.
Disampaikannya pula bahwa, Presiden telah mengingatkan kita semua untuk bekerja dan berupaya agar tidak ada lagi kasus gizi buruk. Di Indonesia, menurut hasil Riskesdas 2013, diperkirakan sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelimaterbesar.
Di provinsi Gorontalo sendiri terdapat 2 (dua) kabupaten/kota dengan prevalensi stunting di atas angka nasional. Kedua kabupaten tersebut adalah kabupaten Boalemo
39,37% dan kota Gorontalo 42,62% sehingga Kantor Sekretariat Wakil Presiden memasukkan keduanya ke dalam 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Stunting.
Sementara itu untuk Beban TBC di Indonesia sendiri masih cukup besar, WHO Global
Tuberculosis Report 2016 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat nomor II penderita tuberkulosis (TB) setelah India. Case Detection Rate (CDR) TB tahun 2017 di Provinsi Gorontalomasih berada di bawah angka nasional. CDR TB Provinsi Gorontalo sebesar 23%, sementara CDR TB nasional sebesar 41%.
Namun demikian, keberhasilan pengobatan kasus TB di Gorontalo sudah diatas 90%, kedua kondisi ini perlu menjadi perhatian kita semua. Keterlibatan seluruh provider kesehatan, termasuk fasyankes swasta dalam penanganan masalah TBC sangatlah krusial. Mulai dari penemuan kasus hingga pelaporan wajib dilakukan oleh setiap fasyankes yang menangani.
Secara nasional untuk cakupan imunisasi dasar pada bayi di Indonesia terus meningkat meskipun belum mencapai 100%, Secara Gorontalo, baru satu kabupaten/kota yang mencapai diatas 90% yaitu Kota Gorontalo, sementara pada kab/kota lainnya berkisar dari 56%-79%. Terdapat kesenjangan cakupan antar kab / kota, seperti juga pada provinsi lain. Masih ada anak-anak yang sama sekali belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap imunisasinya.Tampaknya masih ada upaya yang harus dioptimalkan.
Fakta ini memunculkan pertanyaan penting kepada penanggung jawab urusan kesehatandi wilayah, bagaimana pembinaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan di Dinkesprov Gorontalo dan Dinkeskab/kota se Gorontalo dalam menindaklanjuti arahan Presiden tersebut? Apakah sudah dilakukan sweeping kasus gizi buruk terhadap seluruh balita di Gorontalo?
Untuk itu, Rencana Aksi Daerah yang akan disusun dalam penanganan terhadap 3 prioritas masalah kesehatan tersebut harus melibatkan seluruh komponen di Provinsi Gorontalo maupun pemerintah pusat. Baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat umum sampai dengan level keluarga, berperan dalam pembangunan kesehatan.
Sinergitas, merupakan kata kunci dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Setiap level memiliki fungsi dan perannya masing-masing dalam mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Mengapa sinergitas ini penting? Karena, masalah kesehatan adalah out-come (luaran) dari semua masalah pembangunan sehingga dibutuhkan kerja keras semua pihak agar tercapai pembangunan yang berkelanjutan.
Sehingganya Menkes minta dukungan seluruh SKPD di daerah baik provinsi maupun Kab/kota untuk bersinergi dalam upaya pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan.