Kota Gorontalo, Dinkesprov – Kanker leher rahim dan kanker payudara menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia, terutama pada negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Alasan Utama meningkatnya kedua kanker tersebut di negara berkembang adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Yana Yanti Suleman, SH., saat membuka Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Kanker Angkatan I, Senin (19/09/2022) di Grand Q Hotel Kota Gorontalo menyebut terjadi peningkatan insidens kanker dan menjadikannya sebagai penyebab kematian nomor 2 (dua) didunia. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.
Hampir semua (99.7%) kanker leher rahim secara langsung berkaitan dengan infeksi sebelumnya dari salah satu atau lebih Human Papilloma Virus (HPV), salah satu IMS yang paling sering terjadi di dunia.
“Infeksi HPV sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderita biasanya ditemukan ketika sudah stadium lanjut dimana pengobatannya menjadi lebih sulit dibanding ketika ditemukan pada stadium dini,” kata dr. Yana.
Oleh sebab itu, perempuan yang telah terinfeksi HPV sebaiknya dilakukan penapisan untuk menentukan apakah mereka mengalami lesi prakanker awal yang mudah diobati. Bila lesi ditemukan, harus diobati sebelum berkembang menjadi kanker.
“Walaupun Tes Pap Smear merupakan suatu metoda penapisan yang paling mapan untuk melihat ada/tidaknya lesi prakanker pada perempuan, pendekatan lain untuk penapisan perempuan yang berisiko terkena kanker leher rahim telah dilakukan. Pendekatan tersebut diantaranya penapisan secara visual yakni melalui IVA Test (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)” ucapnya.
Untuk itu, Kadinkes berharap pelatihan ini akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas tenaga kesehatan terutama melakukan penapisan dan penemuan kasus sedini mungkin.
“Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan deteksi dini kanker payudara dengan metode (CBE) Periksa Payudara Klinis sebagai upaya pengendalian faktor resiko kanker,” pungkasnya.
Rilis : MD
Editor : Nancy Pembengo