Ibu-ibu Enggan untuk Iva Tes, Cakupan di Gorontalo Rendah
Dinkesprovgorontalo – Kanker serviks masih menjadi momok yang begitu ditakuti di dunia. Angka kematian akibat penyakit ini sangat besar, bahkan menjadi salah satu pembunuh perempuan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Globocan 2012, sebanyak 26 perempuan Indonesia meninggal tiap harinya karena kanker serviks. Artinya, dalam setahun ada 9.000 keluarga Indonesia yang ditinggal oleh istri, ibu, maupun anak perempuannya.
Di Gorontalo sendiri, penderita kanker serviks tergolong cukup tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mencatat, di tahun 2017 saja ada 98 wanita usia 30-50 tahun positif iva. Sementara ada 20 ibu-ibu yang positif terdapat benjolan di payudara yang berpotensi kanker payudara.Jumlah ini bisa saja bertambah jika cakupan Iva tes yang dilakukan Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/Kota dapat berjalan optimal. Pasalnya, di tahun 2017 sasaran perempuan Gorontalo sebanyak 173.604 orang, progres cakupan Iva tes hanya mencapai 5 persen (2.572 perempuan Gorontalo) dari target 30 persen (52.082 perempuan) usia 30-50 tahun. Hal inilah yang membuat pemerintah Provinsi Gorontalo kesulitan untuk mendeteksi dini kanker mulut rahim tersebut. Di tahun 2018 jumlah perempuan yang memeriksakan diri hanya bertambah sedikit. Sampai dengan bulan Juni 2018, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo baru berhasil memeriksa 1087 perempuan dan ditemukan 31 perempuan positif Iva dan 9 perempuan terdapat benjolan di payudara.
Kepala seksi penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Netty S. Salimi mengungkapkan kesulitan yang dihadapi pemerintah yaitu masyarakat enggan untuk melakukan pemeriksaan Iva. Selain merasa malu, ibu-ibu takut ketika dinyatakan positif Iva. “Padahal kalau perempuan itu kita dapati sejak dini sudah positif, maka akan langsung kita rujuk ke pelayanan tingkat pertama atau puskesmas. Kalau sudah parah, maka akan dirujuk ke rumah sakit dan mendapat penanganan serius sebelum kanker itu dapat membunuh ibu tersebut,” ucap Netty usai kegiatan puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN) tingkat Provinsi Gorontalo, di Misfalah, Limboto, Jumat (16/11). Sejauh ini, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Baik sosilisasi dari tingkat provinsi hingga turun ke kelurahan/desa. Pemerintah juga sudah menggandeng berbagai organisasi perempuan di provinsi hingga kabupaten/kota. “Kita sudah bekerjasama dengan PKK hingga ke kelurahan/desa. Kita juga bekerjasama dengan organisasi perempuan seperti BKOW, kader-kader kelurahan/desa. Seluruh upaya kita sudah lakukan. Namun kembali kepada masyarakat itu sendiri, apakah mau untuk diperiksa atau tidak. Di Gorontalo potensi kanker serviks sangat tinggi,” tutur Netty. Ia berharap masyarakat dapat peduli terhadap kesehatannya. Terutama dalam menjaga pola hidup sehat. Para suami juga diminta untuk tidak sembarangan jajan di luar. “Virus ini datangnya dari suami-suami yang suka jajan di luar. Ia tidak sadar kalau yang ia nikmati itu bisa membuat istrinya meninggal akibat kanker serviks. Maka kami berharap pola hidup sehat dijaga untuk kebahagian keluarga kita,” tandas Netty.
Pewarta : Andi