Makanan, Kebenaran, Dan Keimanan

WhatsApp-Image-2019-08-05-at-09.25.15.jpeg

Dr. Arifasno Napu, SSiT, MKes, Pemerhati masalah Gizi, Kesehatan dan Sosial. Mengajar Ilmu Gizi, Kesehatan, Olahraga, Budaya di UNG dan Kampus Swasta Lainnya, Anggota Pengurus ISNA (Indonesia Sport Nutritionist Association), Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia Gorontalo, Staf di Seksi Dinkes Prov Gtlo.

Oleh: Dr. Arifasno Napu, SSiT, MKes

Bagaimana makanan dalam perkembangan Ilmu pengetahuan terkait dengan sebuah proses kebenaran dan keimanan, serta dapat mempengaruhi gen seseorang? Bagaimana gen ini juga mempengaruhi perilaku hidup, fisik, mental, sosial sehingga dibutuhkan pengaturan makanan untuk keseimbangan kelangsungan hidup manusia di alam ini?

            Luar biasa Pengindahan makanan oleh Allah SWT dalam awal kehidupan manusia di surga, saat di dunia dan bahkan di akhirat nanti. Di dunia sekarang ini, makanan selalu menjadi penilaian atau penghargaan khusus pada sebuah obyek ketertarikan. Ini biasanya terjadi pada penjamuan-penjamuan oleh masyarakat secara umum, maupun masyarakat dalam tingkat tertentu seperti penjamuan dalam jajaran birokrasi, politisi, religius, budayawan dan tingkat sosial lainnya. Penyajian makanan yang baik, apakah cita rasanya, tempat makannya, kemasannya, suasana ruangan makannya, para pelayannya adalah menjadi indikator keberhasilan penghargaan dalam bentuk pemberian makanan pada seseorang, kelompok, atau tamu tertentu.

            Makanan juga menjadi pertaruhan kebenaran dan keimanan seseorang, kelompok umat manusia, bahkan ajaran agama. Sebuah pertaruhan tentang kebenaran dan keimanan telah ditandai dengan hidangan makanan namun umat manusia masih sangat banyak yang mengingkari akan kebenaran Allah SWT.

            Allah SWT Maha Sempurna, tidak pernah ada kekurangan dengan ciptaaan-Nya antara lain tentang manusia. Ada manusia yang diciptakan langsung jadi manusia artinya tidak mempunyai ayah dan ibu yakni Nabi Adam AS; ada yang diciptakan hanya punya Ayah yakni Siti Hawa istri Nabi Adam AS; ada yang diciptakan tanpa ayah tetapi punya ibu yakni Nabi Isa AS. Ada yang meninggal dicabut nyawanya oleh Malaikat, ada pula yang hanya diabadikan menunggu sampai hari Kiamat yakni Nabi Isa AS. Ada yang bisa berbicara dengan semua hewan yakni Nabi Sulaiman AS, ada yang dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal yakni Nabi Isa AS termasuk pula dapat berbicara sekalipun masih bayi; Nabi Ibrahim AS tidak terbakar oleh api; Nabi Musa AS dapat membelah lautan menjadi jalan pengikutnya termasuk yang perkasa juga sangat pandai; ada sebagai tauladan, memperbaiki akhlak manusia dan Rahmatan lil’Alamin (rahmat bagi seluruh alam) yakni Nabi Muhammad SAW; dan masih banyak lainnya.

            Begitu pentingnya makna makanan dalam kehidupan para Nabi dan Rasulullah, diantaranya Allah SWT menciptakan Nabi Isa AS tanpa seorang bapak. Dalam riwayat tersebut bahwa  Maryam adalah gadis suci yang tidak pernah disentuh oleh lelaki manapun, tetapi melalui makanan yang diberikan langsung oleh Malaikat maka dia menjadi hamil. Ini merupakan keajaiban demi keajaiban yang tidak pernah ada tandingannya di alam dunia kehidupan.

Suatu hari Nabi Zakaria AS yang merupakan paman Siti Maryam tidak sengaja menemukan makanan di kamar Maryam yang seharusnya makanan tersebut tak ada di musim tersebut. Nabi Zakaria AS lantas bertanya pada Maryam dimana ia mendapatkan buah tersebut. Ini seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 37 yang artinya, … Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Makna ayat ini adalah bahwa dengan makanan Allah SWT membuktikan kemahaan-Nya dalam menciptakan kejadian yang dahsyat yakni menjadikan Maryam menjadi hamil. Dengan makanan yang diberikan Allah SWT, kejadian dahsyat lainnya terjadi pula seperti Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar peraturan makan Allah SWT ketika berada di Surga, maka Allah memindahkan mereka ke bumi (Surat Al-Baqarah: 35). Olehnya, jika kita juga saat ini di alam dunia tidak mengindahkan makanan maka dengan cepat akan dipindahkan pula ke alam lain?

            Setelah Maryam melahirkan Nabi Isa AS, maka banyak cercaan yang terjadi dan dituju kepada anak yang baru lahir ini. Setelah Dia dewasa, banyak para pengikutnya, dan mereka memberikan berbagai tantangan-tantangan  yang menggambarkan tidak kokohnya Iman mereka. Dan salah satu tantangan yang ditawarkan oleh para pengikutnya adalah mengharapkan hidangan dari langit sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 112 yang artinya: (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: “Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?.” Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.”

Selanjutnya, para pengikutnya terus mencari-cari alasan yang tentunya menguji kemukjizatan nabi Isa AS. Alasan mereka, jika permintaannya dikabulkan maka mereka yakin dengan sebenar-benarnya yakin bahwa benar Isa adalah seorang Rasul. Ini seperti dijelaskan dalam  Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 113 yang artinya: Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” Ayat ini bermakna bahwa untuk menguji kebenaran agar orang beriman saat zaman nabi Isa AS, maka ketersediaan makanan yang langsung diberikan Allah SWT sebagai parameternya?

Pembuktian kebenaran dan keimanan inilah terabadikan pula dalam doanya Nabi Isa AS yang bermohon agar diturunkan hidangan sebagai tanda kekuasaan Allah SWT, seperti dijelaskan dalam Surat Al-Ma’idah ayat 114 yang artinya: Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama.”

Allah SWT dalam pembuktian keesaan-Nya, maka permintaan tersebut dikabulkan sebagaimana tertuang dalam  Surat Al-Ma’idah ayat 115 yang artinya: Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia.”

Dari penjelasan sebelumnya yang didasari oleh teori-teori Allah SWT, maka banyak pertanyaan yang akan lahir dan penting dicarikan jawabannya: Pertama, Mengapa kejadian yang maha dahsyat ini membuat makanan menjadi obyek yang diharapkan oleh pengikut nabi Isa AS? Mengapa bukan emas, intan atau benda berharga lainnya?; Kedua, jika diketahui tentang apa yang dimakan oleh Maryam ibu Nabi Isa AS, maka penting diteliti apakah dapat berdampak pada proses kesuburan seorang wanita atau laki-laki sehingga dengan mudah akan memperoleh keturunan?; Ataukah makanan yang diberikan tersebut dapat membuat anak tercegah dari masalah kelebihan dan kekurangan gizi karena jika seorang wanita atau ibu hamil mengkonsumsinya maka akan merangsang produksi ASI sebagai bahan dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan anak?; Allah SWT mengedepankan pentingnya apa yang harus dikonsumsi dan apa yang harus dihindari agar tidak terjadi masalah gizi dan kesehatan pada umat manusia, tetapi dengan modernisasi semuanya jadi terabaikan yang dibuktikan dengan tingginya masalah umat diantaranya status gizi buruk, status gizi kurus, status gizi pendek (stunting), status gizi gemuk, disertai pula dengan berbagai macam penyakit yang diidap? Sangat diyakini bahwa peristiwa yang mengindahkan makanan tersebut sangat terkait dengan pengetahuan yang berkembang pesat saat ini yaitu tentang nutrigenomik yang merupakan pembelajaran-pembelajaran ilmiah tentang dinamika, regulasi dan cara dari suatu gen-gen spesifik berinteraksi dengan suatu senyawa atau bioaktif pada suatu makanan tertentu. Tentunya bahwa makanan dapat mempengaruhi gen, demikian juga gen sangat mempengaruhi perilaku hidup, pshikis atau emosi, sosial sehingga dibutuhkan pengaturan makanan untuk keseimbangan kelangsungan hidup tubuh manusia di alam ini.

Selanjutnya; mengapa para pengikut Nabi Isa AS hanya meminta hidangan untuk membuktikan  kebenaran kenabian Isa AS? Apakah hidangan ini serupa dengan jenis-jenis bahan makanan saat ini, jika dikonsumsi dapat meningkatkan rasa ketentraman yang mendalam atau dapat dibahasakan bahwa hidangan tersebut dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kholesterol, menurunkan asam urat ataupun dapat mengobati berbagai penyakit tertentu sehingga berimplikasi pada ketentraman hati seseorang?; Namun, kejadian yang tak diduga dan merupakan tindakan kekafiran bahwa ternyata pengikut Nabi Isa AS ada yang masih menyatakan bahwa Nabi Isa AS adalah anak tuhan. Demikian pula berbagai kebohongan yang disampaikan oleh pengikutnya sehingga dibuktikan oleh Allah SWT bahwa yang membohongi nabi inilah yang disalib karena pengikut yang lainnya melihatnya telah menyerupai Nabi Isa AS. Dan tidak sedikit yang telah membenarkan dalam keimanannya bahwa Nabi Isa AS meninggal di tiang salib? Ini dijelaskan dalam Al-qur’an An-Nisaa ayat 157 yang artinya: dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

Penjelasan sebelumnya menyatakan bahwa makanan menjadi objek pada proses kehamilan Maryam dan makanan pula yang menjadi objek dalam pengujian kebenaran dan keimanan para pengikut Nabi Isa AS? Sebagai penjelasan yang akan dapat mengilmiahkannya, maka penting mengetahui tentang makanan atau hidangan apa saja yang dikonsumsi oleh Maryam juga makanan atau hidangan apa saja yang dikabulkan oleh Allah SWT sesuai dengan permintaan dalam doa Nabi Isa AS dan penting pula dilakukan riset terhadapnya guna mengetahui khasiat yang terdapat pada makanan atau hidangan tersebut?  

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (Surat Al-Ma’idah ayat 120). Ini merupakan kalimat yang hanya berhak disandang dan dimiliki oleh Allah SWT, sehingga tidak ada yang tidak mungkin dihadapan-Nya. Semoga tulisan ini bermanfaat, bersama berkarya sebagai ibadah, Aamiin.

2 Replies to “Makanan, Kebenaran, Dan Keimanan”

  1. Andri hulinggi berkata:

    Dan Allah juga sudah menjelaskan dalam Alquran dan hadist tentang makanan yang dapat di makan oleh manusia..
    . Syekh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim dalam kitabnya Shahih Fiqih Sunnah menyebutkan bahwa makanan dan minuman menjadi haram karena salah satu dari lima sebab berikut;
    1. Membawa mudharat pada badan dan akal (sebagaiman disinggung pada kaidah ketiga di edisi lalu),
    2. Memabukkan. Merusak akal, dan menghilangkan kesadaran (seperti khamr dan narkoba),
    3. Najis atau mengandung najis,
    4. Menjijikkan menurut pandangan orang kebanyakkan yang masih lurus fitrahnya, dan
    5. Tidak diberi idzin oleh syariat karena makanan/minuman tersebut milik orang lain. Artinya haram mengkonsumsinya tanpa seidzin pemiliknya.

    Jenis-jenis Makanan dan Minuman Yang Diharamkan
    Salah satu kaidah yang masyhur dalam urusan makanan adalah bahwa segala sesuatu hukumnya halal, kecuali yang disebutkan pengharamannya dalam al-Qur’an dan hadits Nabi. Oleh karena itu di sini akan disebutkan jenis-jenis makanan yang haram sebagai disebutkan dalam al-Qur’an dan al-hadits.
    1. Bangkai
    Yaitu hewan yang mati tanpa melalui proses penyembelihan yang syar’i. Dalil pengharaman bangkai adalah firman Allah dalam surah Al-an ‘Am ayat 145:
    قُل لَّا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَّسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۚ
    “Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah”.
    Termasuk kategori bangkai adalah setiap hewan yang mati secara tidak wajar, tanpa disembelih secara syar’i, yakni (a) Hewan yang mati karena tercekik [al-munkhaniqah], (b) Hewan yang mati karena dipukul [al-mauqudzah], (c) Al-Mutaraddiyah, yaitu Hewan yang mati karena terjatuh dari tempat yang tinggi, (d) An-Nathihah, yaitu hewan yang ditanduk oleh hewan lain, lalu mati, dan (e) Hewan yang dimangsa atau diterkam oleh binatang buas. Jika suatu hewan mati karena salah satu dari kelima sebab diatas, maka haram memakannya. Kecuali jika masih hidup dan sempat disembelih, maka ia menjadi halal. Dalil larangan untuk hewan yang mengalami kelima kondisi diatas adalah surah Al-Maidah ayat 3:
    حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ
    “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.. . “ (Qs:5:3)

    Dari penjelasan di atas allah sudah mengatur makanan yg dapat di makan oleh manusia dalam arti kata YANG HALAL.
    tapi dengan sampai saat ini juga masi ada manusia yang mengabaikan perkataan Allah dan sunah nabi..
    jadi jangan heran sekarang virus corona sudah ada di china..karna mereka mengabaikan apa yg sudah di anjurkan dalam alquran dan hadist.

  2. Arifasno Napu berkata:

    Setuju komentarnya, Pak Andri Hulinggi. Semoga kita selalu bersama-sama dalam berjuang dalam kebenaran dan keikhlasan, Aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 + three =

scroll to top
Bahasa »