Kota Gorontalo, Dinkesprov – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berharap Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dapat meningkatkan cakupan program kesehatan Ibu dan Anak.
Hal itu disampaikan Midyawati Ahmad selaku Administrator Kesehatan pada Kelompok Substansi (Poksi) Kesehatan balita dan Anak pra Sekolah Direktorat Kesehatan Keluarga Ditjen Kesmas Kemenkes RI, Kamis (23/12/2021) bertempat di Aula Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Kunjungan tim dari Kemenkes RI ke Provinsi Gorontalo dalam rangka monitoring dan evaluasi serta bimtek layanan balita terintegrasi untuk melihat seberapa besar cakupan dari layanan Balita yang ada di Provinsi.
“Kami melihat melalui data di aplikasi Komdat Kesmas yang ada di Direktorat Kesga (Kesehatan Keluarga) dimana Provinsi Gorontalo cakupannya masih ada yang belum memenuhi target (ada yang sudah dan ada yang belum) dan masuk lokus AKI-AKB” terangnya.
Dengan pertimbangan cakupan layanan kesehatan balita masih dibawah target program maka Kemenkes memilih satu kabupaten yang masuk lokus AKI-AKB yaitu Kabupaten Bone Bolango dan Puskesmas yang sudah mengikuti Blended learning MTBS yaitu Puskesmas Suwawa dan Ulantha.
Midyawati mengungkapkan harapannya agar cakupan layanan kesehatan anak dan balita mengalami peningkatan serta dapat melakukan integrasi program lintas sektor dan lintas program.
“Pada akhirnya bisa mengurangi angka kesakitan dan bisa menghindari angka kematian bayi dan balita” ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang diwakili Administrator Kesehatan Ahli Madya dr. Suliyanti Otto menjelaskan dalam paparannya untuk program layanan kesehatan Balita hingga bulan oktober 2021 masih belum mencapai target yang diharapkan. Dimana cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir 44,72% dan Pelayanan kesehatan Balita 51,76%.
“Selain itu jumlah kematian bayi (0-11 bulan) selang Januari-Oktober 2021 telah mencapai 177 kematian. Untuk itu perlu adanya perhatian dan pendampingan khusus di tiga daerah dengan peningkatan jumlah kematian bayi yaitu Kabupaten Gorontalo, Pohuwato dan kota Gorontalo” ungkap dr. Suliyanti.
Ada beberapa faktor penyebab kematian bayi diantaranya kualitas kunjungan neonatus yang dapat menyebabkan tingginya angka kesakitan hingga kematian karena terlambat melakukan penemuan dini kesakitan pada neonatus dan bayi sehingga intervensi terlambat dilakukan.
“Ada beberapa solusi yang perlu dilakukan oleh Kabupaten/Kota yaitu melakukan upaya pencegahan terhadap kejadian BBLR, meningkatkan pelaksanaan MTBS dan MTBM yang terintegrasi dengan lintas program serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanganan bayi bblr dan Asfiksia” pungkasnya.
Rilis : MD/ILB
Editor : Nancy Pembengo