Kota Gorontalo, Dinkesprov – Salah satu target WHO 2025 yaitu menurunkan dan mempertahankan prevalensi wasting (kurus) kurang dari 5%, untuk itu WHO mengeluarkan policy brief yang salah satunya adalah menyediakan makanan tambahan tetapi tetap berfokus kepada peningkatan makanan keluarga dalam hal keanekaragaman, kualitas dan keamanannya.
Pemberian makanan tambahan bagi balita kurus bertujuan untuk pemulihan terhadap anak-anak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan lokal, dengan resep-resep yang dianjurkan maupun dalam bentuk biskuit yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan.
Untuk menampung PMT bumil dan balita kurus yang dikirimkan dari pusat, disediakannya dana dekonsentrasi di daerah khususnya Provinsi Gorontalo untuk sewa gudang dan distribusi PMT Bumil ke Kabupaten/Kota hingga ke Puskesmas.
Distribusi PMT Bumil maupun balita kurus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan buffer dari Kabupaten/Kota dan puskesmas dalam rangka penanggulangan kekurangan gizi, mengantisipasi kedaruratan gizi di daerah rawan bencana seperti bencana asap, bencana gunung meletus, persiapan bencana banjir dan bencana lainnya serta sebagai bahan kontak bantuan Kemenkes untuk kunjungan Pejabat Negara / Provinsi.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Pengendalian Penduduk, KB dan Gizi, H. Syafiin S. Napu, SKM, M.Kes dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa mereka (Kementerian Kesehatan) mengirimkan surat permintaan buffer stock sejumlah 1 (satu) ton untuk ibu hamil dan 1 (satu) ton untuk balita pada penanganan pasca banjir yaitu di daerah terdampak seperti Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo.
“Nanti juga ada pengadaan PMT pada tahun ini untuk lokus stunting yang akan didistribusi ke 4 (empat) daerah lokus yang sudah ditentukan oleh BAPENAS dan Kementerian Pemberdayaan yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango. Harapannya semua Kabupaten/ Kota yang ada di daerah Provinsi Gorontalo masuk lokus stunting”, ujar Syafiin.
Sebagaimana yang telah telah ditargetkan Nasional, semua stunting harus turun termasuk di Provinsi Gorontalo. Data Stunting sesuai hasil RISKESDAS tahun 2018 yakni 28%, Baduta 22%, dan Provinsi Gorontalo sebanyak 22,7%.
Rilis : Dewi Frida & Nur Ajran
Editor : Nancy Pembengo