Kesiapsiagaan Kunci Penanggulangan Masalah Kesehatan

IMG-20190702-WA0000.jpg

Poto Bersama peserta pelatihan Tim Gerak Cepat (TGC) Penanggulangan KLB /Wabah tingkat Provinsi Gorontalo tahun 2019, yang dilaksanakan selama 4 hari dimulai tanggal 24-28 Juni 2019 di Hotel Damhil Kota Gorontalo.

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit menular yang terjadi dibeberapa belahan dunia termasuk indonesia, sangat dipengaruhi oleh besaran risiko yang merupakan interaksi antara ancaman (pathogen) dengan kerentanan yang ada di masyarakat serta kapasitas yang dimiliki oleh suatu negara dalam pengendalian.

Salah satu kesepakatan global yang tertuang dalam suatu regulasi yaitu International Health Regulation (IHR) 2005 yang mengamanatkan bahwa setiap negara harus memiliki kapasitas yang memadai dalam melakukan pencegahan, identifikasi dan respon terhadap berbagai ancaman seperti patogen infeksius pada manusia, patogen zoonosis dan keamanan pangan, bahaya radio nuklir dan bahaya kimia .

Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Erni N. Mansur, SKM., M. Kes., mengungkapkan kapasitas inti dari IHR 2005 yang dilaksanakan oleh indonesia yaitu surveilans dan respon. Dewasa ini berbagai faktor risiko dapat menyebabkan kejadian penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Setiap tahun dilaporkan terjadi KLB penyakit menular di beberapa daerah dan sering menimbulkan keresahan di masyarakat.

Kesiapsiagaan terhadap setiap kejadian penyakit menular secara khusus dan masalah kesehatan secara umum merupakan hal yang sangat penting dalam penanggulangan masalah kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dilapangan.

“Kami telah melaksanakan pelatihan Tim Gerak Cepat (TGC) Penanggulangan KLB /Wabah tingkat Provinsi Gorontalo tahun 2019, selama 4 hari dimulai tanggal 24-28 Juni 2019 di Hotel Damhil Kota Gorontalo” kata Erni.

Kapasitas yang tidak memadai untuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap penyakit menular berpotensi KLB dan wabah dapat dinilai sebagai pembiaran terhadap kejadian penyakit menular menyebar ke lebih banyak orang dengan akibat yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Menurutnya, kapasitas sumber daya manusia dalam hal ini yaitu TGC dalam merespon secara adekuat atau tidak dalam mengendalikan kejadian penyakit menular berpotensi KLB.

TGC diharapkan mampu bekerja sama secara terpadu untuk membangun jejaring, komunikasi dan koordinasi dalam penanggulangan masalah kesehatan serta memiliki komitmen dan persepsi yang sama guna meningkatkan kualitas pelayanan pada kedaruratan akibat masalah kesehatan seperti terjadinya klb dan atau wabah.

“TGC mempunyai tanggung jawab yang sangat penting untuk mengupdate informasi penyakit potensial KLB, kecepatan menshare informasi tersebut kepada lintas program dan sektor serta melakukan respon cepat” beber Erni.

Harapan setelah mengikuti pelatihan ini, ada komitmen yang terbentuk antara Kabupaten/Kota dan Provinsi bahkan dengan puskesmas, rumah sakit untuk terus bersinergi dengan lintas program dan lintas sektor dalam merespon penyakit menular berpotensi KLB secara cepat dan tepat, sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih besar di wilayah kita masing-masing.

Pelatihan TGC tersebut menghadirkan peserta sebanyak 26 orang yang berasal dari kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo dengan kualifikasi : Dinas kesehatan Kabupaten/Kota masing 2 orang, Petugas surveilans RS se-Provinsi Gorontalo dan petugas surveilans puskesmas terpilih masing-masing kabupaten/kota, sedangkan narasumber berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing2 2 orang, Puskesmas terpilih masing-masing kabupaten dan petugas surveilans Rumah sakit masing-masing kabupaten serta Quality Kontrol dari BBPK Makassar.

Rilis : Iswan Ahmad
Editor :Nancy Pembengo & MD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four − three =

scroll to top
Bahasa »