Kota Gorontalo, Dinkesprov – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mulai meningkatkan kewaspadaan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kejadian luar biasa (KLB) pada kasus Hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia yang belum diketahui penyebabnya.
Mengantisipasi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dr. Yana Yanti Suleman, SH., mengharapkan seluruh jajaran Dinas Kesehatan hingga ke Puskesmas dan Rumah Sakit mulai bersiap untuk melakukan berbagai tindakan dan upaya pencegahan penularan penyakit.
“Kami telah menerima edaran dari Kemenkes RI untuk meningkatkan kewaspadaan terkait adanya laporan kasus Hepatitis Akut tetapi kita belum tahu apa penyebabnya” kata dr. Yana.
Saat ini, 3 (kasus) diduga merupakan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya terdeteksi di Jakarta. Untuk itu, dr. Yana mengharapkan agar semua pihak dapat membantu menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat terkait hal tersebut.
“Semua tenaga kesehatan harus dapat melakukan upaya promotif dan preventif dengan menyebarkan informasi yang benar dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana deteksi dini gejala awal dan apa yang harus dilakukan jika mendapati gejala tersebut terjadi pada anak-anak dan keluarga terdekat, kita semua harus waspada tetapi jangan panik” jelasnya.
Menular Lewat Saluran Cerna dan Saluran Pernafasan
Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Kemenkes RI saat ini sedang melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan Epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab penyakit ini.
Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit Hepatitis Akut pada Anak , Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A, yang merupakan dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI menyebutkan bahwa dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dll. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.
Untuk mencegah risiko infeksi, Prof Hanifah menyarankan agar orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” jelas Peneliti di RSCM dan FK UI ini dalam keterangan pers pada Kamis (5/5).
Selain itu, untuk mencegah penularan Hepatitis Akut melalui saluran pernafasan dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan Hepatitis Akut adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit Hepatitis Akut.
Prof Hanifah menyebutkan secara umum gejala awal penyakit Hepatitis Akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.
Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi Hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil.
“Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil,” kata Prof Hanifah.
Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala Hepatitis Akut sedini mungkin agar anak segera mendapatkan pertolongan medis.
Hasil Investigasi 3 (tiga) Kasus Hepatitis Akut Pada Anak Di Jakarta
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengungkapkan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko terhadap tiga kasus hepatitis akut pada Anak. Hal ini disampaikan pada keterangan pers di Jakarta (05/05/2022)
“Berdasarkan hasil investigasi kontak terhadap kasus yang meninggal dunia, ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut, sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan” ungkap dr. Nadia.
Pada ketiga kasus ini, anak berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia 8 mendapatkan vaksinasi Covid-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan hepatitis lengkap. Ketiganya negatif Covid-19 . Berdasarkan hasil investigasi juga didapati bahwa satu kasus memiliki penyakit penyerta.
Yang usia 2 tahun sudah di vaksin hepatitis dan yang 8 tahun (vaksin covid 1 kali dan vaksin hepatitis lengkap) dan usia 11 tahun (vaksin covid dan hepatitis lengkap)
“Sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan” ucap dr. Nadia
Selain Itu, tambah dr. Nadia tidak ditemukan riwayat hepatitis dari anggota keluarga lain dari ketiga anak. Dan tidak ditemukan anggota keluarga lain yang memiliki gejala sama. Keluhan utama yang disampaikan dari saluran cerna, mengalami keluhan mual, muntah, dan diare hebat.
Hotline #SahabatSehat 082346631929 atau cek informasi di website dinkes.gorontaloprov.go.id dan media sosial Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Sumber : Kemenkes RI
Rilis : Tim Infokom
Editor : Nancy Pembengo