SAAT Allah hendak menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di bumi, para malaikat sempat protes: ”Kenapa Allah mau menurunkan mahluk yang hanya akan membawa kerusakan di muka bumi ini?” Allah cepat-cepat menjawab bahwa ada dua bekal penting yang akan menyelamatkan manusia, yakni nafsu dan akal. Bila manusia mampu mengelolanya dengan baik, maka kekuatiran malaikat itu tak akan pernah terjadi. Artinya kerusakan di bumi tak bakalan terjadi, jika nafsu dan akal selalu terkendali.
Nafsu dan akal adalah dua hal penting yang membentuk perilaku atau ahlak manusia. Nafsu itu ibarat gas pada sebuah mobil, sementara akal bisa diandaikan sebagai rem. Bila pedal gas diinjak kencang, atau rem tidak berfungsi baik, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Karena itu, pedal gas tak bisa diinjak semaunya. Demikian pula dengan rem, ia harus dirawat dengan sebaik-baiknya.
Kecelakaan mobil bisa terjadi saat sopir melaju kencang. Ini biasa disebabkan oleh karena sopir tergoda untuk menginjak pedal gas kuat-kuat. Godaan itu datang karena sopir ingin cepat sampai di tempat tujuan, terprovokasi oleh laju kendaraan lain, atau karena sekedar ingin pamer kehebatan sebagai pembalap jalanan. Penyebab lain, bisa juga karena sopir kehilangan atau kekurangan kesadaran akibat mengantuk atau mabuk. Karenanya, jika tak ingin mobil masuk jurang, maka sopir harus terhindar dari berbagai macam godaan.
Demikian halnya dengan nafsu manusia. Jika ingin selamat, nafsu manusia harus bebas dari godaan. Sebagai misal, kita boleh saja berusaha untuk menjadi kaya, tapi jangan sampai karena tujuan gagah-gagahan, pamer, atau karena provokasi tetangga, maka kita lalu cepat ingin kaya dengan cara yang instan.
Bagaimana halnya dengan akal? Setali tiga uang. Sebagai bagian yang berperan sebagai rem, maka akal senantiasa memberikan pertimbangan penting dalam tindakan manusia. Tanpa akal yang sehat maka kita gampang melakukan kerusakan. Kerusakan hutan atau alam paling sering terjadi karena kita telah kehilangan akan sehat. Begitu pula dengan kerusuhan atau permusuhan, semua terjadi karena akal sehat kita tidak berfungsi maksimal.
Karena itu, hal paling penting dalam membentuk perilaku manusia adalah bagaimana membuat agar pikiran selalu jernih dan hati (sumber nafsu) senantiasa bersih. Perkerjaan ini tidak gampang, karena semakin hari godaan itu datang semakin kencang. Akal yang tadinya sehat, akan menjadi kurang waras ketika harus memutuskan hal-hal yang punya kaitan secara emosional. Misalnya, akan sulit bagi seorang hakim untuk memutus sebuah perkara dengan benar, bila itu menyangkut familinya atau karena sudah ada campur tangan “Sudirman”.
Karena kekurangan manusia inilah, Allah yang maha pemurah dan penyayang menciptakan sarana yang paling baik untuk membersihkan hati (nafsu) serta menjernihkan pikiran manusia. Sarana dimaksud adalah puasa. Dengan berpuasa, nafsu serakah untuk makan dibatasi dengan maksud agar nafsu itu terkendali. Demikian pula dengan nafsu seks. Inilah nafsu terbesar dan tersulit dijinakkan. Jika kita mampu mengendalikan keduanya, maka amat mudah bagi manusia untuk mengendalikan nafsu-nafsu lainnya.
Tapi, meski puasa itu menjadi alat ampuh untuk membersihkan hati dan menjernihkan pikiran, namun tidak semua manusia bisa meraihnya. Allah tidak semata-mata memberikan sesuatu secara gratis kepada manusia. Seorang bernama Muhammad itu tak akan pernah menjadi nabi, seandainya beliau tidak dari awal menunjukkan perilaku yang menjadi syarat penting untuk menjadi seorang nabi dan rasul.
Nah, agar bisa memperoleh manfaat puasa, kondisi mental manusia perlu dipersiapkan sedemikian rupa. Mekanisme kerja puasa sangat berbeda dengan sebuah mesin cuci yang bisa melakukan tugasnya tanpa keterlibatan emosi atau mental tuannya. Untuk bisa meraih manfaat puasa, kita harus terlibat aktif secara mental. Jika ingin menjadikan puasa sebagai pembersih hati, maka hati kita harus siap dibersihkan. Demikian pula guna menjernihkan pikiran. Sebelum puasa, pikiran kita harus dijauhkan dari pikiran negatif yang selama ini menyelimuti kita. Tanpa upaya seperti ini, maka puasa akan lewat begitu saja, tanpa mampu memberikan dampak pada pembersihan hati dan penjernihan pikiran. Akibatnya, kita bisa gagal mengelola nafsu dan akal. Dan malaikat pun terus menerus kuatir akan kerusakan yang kita timbulkan di bumi Allah ini. (*)
Sosial Media Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo :
Channel Youtube
Facebook Page
Facebook
Twitter
Instagram