Dinkes Provinsi Bekali Nakes Gizi dan Bidan Konseling PMBA

IMG-20201110-WA0019.jpg

Kabid Kesehatan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan KB dr. Rosina Kiu saat memberikan paparan pada Pelatihan Konseling PMBA, Senin (02/11/2020) di hotel New Rahmat Kota Gorontalo

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan Pelatihan Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) Tingkat Provinsi Gorontalo. Kegiatan ini berlangsung selama 5 (lima) hari yaitu terhitung sejak tanggal 2 – 6 Nopember 2020 di Hotel New Rahmat Kota Gorontalo.

Pelatihan yang dihadiri oleh15 orang tenaga pelaksana Gizi dan Bidan ini bertujuan agar peserta melakukan praktik Pemberian Air Susu Ibu (ASI), pemberian makanan ibu hamil, ibu menyusui, dan makanan pendmping Air Susu Ibu (MP-ASI), pemantauan pertumbuhan, menjelaskan gizi dan kesehatan ibu, dan konseling PMBA.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pengendalian Penduduk, dan KB dr. Rosina Kiu menjelaskan, bahwa pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak.

“Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50% kematian anak balita terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak”, ungkap dr. Rosina.

Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat, Pengendalian Penduduk, KB dan Gizi H. Syafiin S. Napu, SKM, M. Kes menekankan bahwa kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 hari pertama kehidupannya adalah dengan pelatihan konseling PMBA bagi petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan kepada masyarakat.

“Ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan alat bantu mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan kepada bayi dan anak serta ibu hamil secara optimal yang di fokuskan pada pemantauan pertumbuhan, pemberian Makanan Pendamping ASI, Pemberian makan pada Ibu, bayi dan anak berbasis masyarakat”, pungkas Syafiin.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius.

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi kekurangan gizi pada balita di Indonesia (BB/U), sebanyak 30,8%, balita mengalami stunting (PB/U atauTB/U), dan 10,2% balita dalam kondisi kurus (BB/PB atau BB/TB).

Rilis : Dewi Frida/Nur Ajran
Editor : Nancy Pembengo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 × 1 =

scroll to top
Bahasa »