Dinkesprovgorontalo – Pneumonia merupakan infeksi paru yang disebabkan oleh mikroorganisme dan masih menjadi penyebab kematian terbesar bayi dan balita, hal ini di sampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dr. H. Triyanto S. Bialangi, M. Kes pada saat membuka acara Workshop Deteksi Dini Pneumonia Balita pagi tadi di gedung Bandayo Yiladia Kantor Walikota Gorontalo. Pada kesempatan tersebut Kadis Kesehatan menyampaikan peran masyarakat, orang tua termasuk pengasuh sangat penting sebagai langkah deteksi dini pneumonia balita, dengan cara hitung nafas. Cara menghitung napas anak dapat dilakukan dengan meletakkan tangan orang tua atau pengasuh pada dada anak dan menghitung gerak napas anak dalam 1 menit.
Lanjutnya, napas anak dikatakan cepat apabila frekuensi napas anak lebih atau sama dengan 60 kali permenit pada anak berusia < 2 bulan, lebih atau sama dengan 50 kali permenit pada anak berusia 2 bulan hingga 11 bulan, dan lebih atau sama dengan 40 kali permenit pada anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun. Untuk itu, “Bila napas anak cepat disertai dengan tarikan dinding dada ke dalam, dapat pula disertai dengan gejala kepala seperti mengangguk-angguk ketika bernapas dan/atau kebiruan pada bibir, maka pada anak tersebut ada pada kondisi sesak napas dan ini darurat segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di 3 (tiga) kota terpilih, yaitu Kota Gorontalo, Kota Banjarmasin dan Kota Solo. Kegiatan workshop tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk memperingati hari Pneumonia Sedunia, seperti yang dijelaskan oleh Kepala Seksi Pneumonia dari Kemenkes dr. Indra Kurnia Sari bahwa workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian tenaga kesehatan terhadap Pneumonia dengan melakukan deteksi dini serta penatalaksanaan secara tepat sehingga dapat memgurangi angka kesakitan dan kematian balita karena Pneumoni.
Acara yang dilaksanakan sehari tersebut di hadiri oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ) Pusat dan beberapa ahli dari Kementerian kesehatan serta narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi
Adapun peserta yang hadir pada workshop tersebut terdiri dari dokter puskesmas, praktek swasta, pengelola ISPA Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Kepala Seksi P2PM Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dr. Irma Cahyani Ranti pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Provinsi Gorontalo khususnya Kota Gorontalo harus bersyukur menjadi salah satu lokasi yang dipilih untuk pelaksanaan workshop ini, karena untuk mengumpulkan petugas serta menghadirkan ahli tentunya membutuhkan sumber dana, sementara program ISPA baik di pusat maupun di daerah bukan merupakan program prioritas, sehingga anggaran yang untuk program ini sangat terbatas bahkan tidak ada, “solusinya adalah dengan melakukan bimbingan teknis terpadu dengan program lain jika memungkinkan” pungkasnya.