Desa Buladu, Yang Nyaris “Zero Covid19”

IMG-20210717-WA0004.jpg

Pusat karantina Covid-19 di desa Buladu Kecamatan Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara

Kabupaten Gorontalo Utara, Dinkesprov – Desa Buladu merupakan salah satu desa di Kabupaten Gorontalo Utara dengan jumlah penduduk lebih dari 800 jiwa yang terletak dipesisir pantai Laut Sulawesi. Terlihat rumah-rumah berpagar kayu mendominasi pemandangan saat memasuki kawasan ini. Hampir di setiap pekarangan rumah dipenuhi tanaman, mulai dari berbagai jenis bunga hingga tanaman rempah. Semua itu ditata dengan rapi. Tak heran, desa ini menampilkan euforia nan bersih dan indah.

Namun bukan itu saja yang menarik dari Desa Buladu. Tak banyak yang tahu, ketika hari-hari terakhir ini Pemerintah Indonesia mengumumkan lonjakan kasus besar-besaran hingga harus mengeluarkan kebijakan PPKM, di Desa ini tidak satupun yang tercatat positif Covid-19 sejak awal tahun 2021. Bahkan desa ini nyaris menjadi kawasan “Zero Covid19” jika saja tidak terjadi kasus pada Desember silam.

“Syukur Alhamdulillah, sampai saat ini, di desa ini hanya tercatat 1 (kasus) postiif Covid19. Sebenarnya kami hanya melakukan sebisanya supaya masyarakat tetap sehat,” ujar Kepala Desa Buladu, Abdul Hair Kamah.

“Kita sempat kecolongan pada bulan desember 2020 lalu dan untungnya kami dibantu pihak puskesmas dengan segera melakukan pelacakan dan (hasilnya) semua yang pernah berkontak dengan dia ternyata negatif,” lanjutnya.

Saat dilakukan tracking, warga yang terkonfirmasi tersebut diduga kontak dengan seorang rekan yang datang dari luar daerah.

“Pada akhirnya kita berlajar bahwa meskipun waspada, tetap bisa kecolongan juga. Nah apalagi kalau kita tidak waspada.” timpalnya.

Sejak awal masa pandemi covid-19, masyarakat di desa ini selalu patuh terhadap aturan pemerintah.

“Sejak dulu saat (adanya aturan) lockdown, PSBB, sampai sekarang berganti jadi PPKM, masyarakat disini memang sangat patuh”, ujar pria yang sudah menjabat Kepala Desa Buladu selama lebih dari 10 tahun tersebut.

Abdul Hair dan warganya menyadari bahaya virus Covid-19. Mereka lebih percaya virus ini bisa sangat mematikan ketimbang informasi tidak benar yang sering mereka terima.

“Virus ini nyata dan berbahaya. Kalau di medsos kita lihat banyak orang yang tidak percaya, justru kami sangat percaya. Jadi walau bagaimanapun semua orang tetap waspada. Syukurlah (dari pihak) Puskesmas selalu memberi sosialisasi,” tuturnya.

Protokol Kesehatan Yang Sangat Ketat

Bagaimanapun masyarakat Desa Buladu harus tetap waspada. Mereka tidak boleh lengah. Oleh sebab itu, dibangunlah 3 posko pencegahan Covid-19 di desa tersebut. 2 posko terletak di perbatasan desa sebelah barat dan timur. Satunya lagi terletak di poros desa.

“Kami dibantu Polisi dan Babinsa. Jadi setiap yang masuk ke desa ini harus melalui posko itu, dan hanya bisa lewat kalau menggunakan masker. Kalau tidak pakai (masker), biasanya kami disini sediakan masker maka kami bagikan. Tapi kan jumlahnya terbatas,” kata Abdul Hair.

Jika diperhatikan, hampir di setiap rumah di desa ini terdapat tempat mencuci tangan. Kebanyakan diletakkan di depan rumah. Bahkan, mereka juga menyediakan sabun untuk cuci tangan.

“Kan itu (kebiasaan) baik, apalagi saat sekarang ini lagi (terjadi pandemi) covid. Itu semua inisiatif masyarakat sendiri,” ujarnya.

Pusat Karantina Yang Tidak Pernah Ditempati

Sejak awal pandemi, pemerintah desa ini sudah menyiapkan pusat karantina. Tempat itu di siapkan khusus untuk warganya jika sewaktu-waktu terkonfirmasi Covid-19.

Hingga kini pusat karantina itu belum pernah ditempati. Bangunan itu terdiri dari tiga kamar tidur dan 1 toilet. Masing-masing kamar terdapat 2 tempat tidur yang terpisah.

“Ya karena tidak ada yang tahu mungkin kedepannya tempat ini akan ada yang menempati. Karena tidak ada yang menjamin kondisinya akan terus (tanpa kasus) seperti ini. Walaupun sebenarnya saya tidak mau itu terjadi, makanya kita harus terus berusaha,” tuturnya.

Pusat Batra, Ada Tempat Sauna Rempah

Warga di desa ini senang budidaya tanaman obat tradisional. Hampir setiap rumah punya pekarangan yang ditanami apotik hidup.

Tidak hanya itu, Pemerintah Desa dibantu warga membangun pusat pengobatan tradisional menggunakan rempah. Didalamnya bahkan disediakan sarana Sauna Rempah. Menurut sang Kepala Desa, pengobatan tradisional ini merupakan alternatif untuk membantu masyarakat meningkatkan daya tahan tubuh.

“Saat sekarang (dimasa pandemi) ini kan memang imun yang harus ditingkatkan. Daripada mereka harus beli vitamin, makanya mereka coba memanfaatkan obat-obatan tradisional dari rempah-rempah alami. Tentunya harus diselingi dengan olahraga teratur.” jelas Abdul Hair.

Masyarakat Yang Antusias Menjalani Vaksinasi

Vaksinasi dianggap sebagai metode paling efektif untuk menghentikan pandemi Covid-19 saat ini. Namun, arus informasi di media sosial yang sulit terbendung, membuat sebagian orang mudah mempercayai informasi tanpa memastikan kebenarannya. Mirisnya, isu tentang efek vaksinasi yang berbahaya ikut ditelan mentah. Alhasil, mereka menolak untuk divaksin.

Tapi tidak bagi masyarakat Desa Buladu. Alih-alih menolak, sejumlah warga yang belum divaksin karena prosesnya yang bertahap, rela datang ke desa lain demi mendapatkan giliran.

“Proses (penyuntikan) vaksin ini kan bertahap, karena katanya proses pengiriman (vaksin dari pemerintah pusat) yang juga bertahap. Nah biasanya ada masyarakat yang ingin divaksin lebih cepat, makanya mereka rela untuk datang ke desa lain (yang sedang melakukan kegiatan vaksinasi),” kata Abdul Hair.

Di desa ini tercatat 133 masyarakat sudah disuntik vaksin dosis pertama, dan 56 telah menerima suntikan kedua.

Sejauh ini Desa Buladu termasuk kawasan yang dinilai cukup baik dalam mencegah penyebaran virus Covid-19.

Desa ini hanya salah satu dari banyak tempat yang membuktikan bahwa membatasi mobilitas, mematuhi protokol kesehatan, olahraga yang teratur, serta menjalani vaksinasi merupakan cara sederhana untuk terhindari dari bahaya covid-19.

Rilis : Andre (Gorut)
Editor : Nancy Pembengo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × 5 =

scroll to top
Bahasa »