Cegah TBC Dengan Deteksi Dini Ditempat Kerja

IMG-20210921-WA0003.jpg

Pertemuan Sosialisasi dan Diseminasi Serta Edukasi Pengendalian TBC ditempat kerja dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dr. Yana Yanti Suleman, SH.

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terus menggenjot penanganan dan pengendalian Tuberculosis (TBC) di Hotel Grand Q Kota Gorontalo, Senin (20/9/2021).

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Yana Yanti Suleman mengungkapkan sosialisasi dan desiminasi serta edukasi pengendalian TBC ini sangat penting dalam pembangunan nasional sehingga perlu terus ditingkatkan kualitas kesehatan dan produktivitas kerjanya antara lain melalui keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

“Dengan tujuan mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerja yang aman, sehat, nyaman dan bebas dari kecelakaan serta penyakit akibat kerja,” ungkap Yana dalam sambutan singkatnya.

Yana menjelaskan, di Indonesia kondisi ini dapat dilihat bahwa 75% pasien TBC berada pada usia produktif (15-59 tahun) dengan prevalensi 319/100.000 penduduk tahun 2017. Estimasi jumlah kasus TBC di Indonesia sebesar 842.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 569.899 kasus maka masih ada sekitar 32% yang belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan.

“Dari angka insiden ini dilakukan perhitungan beban TBC di masing-masing provinsi dan Kabupaten/Kota”, jelas Yana.

Yana menerangkan, sementara itu berdasarkan angka penemuan kasus (CDR) menurut Provinsi pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, Provinsi Gorontalo berada pada urutan ke-6 tertinggi setelah Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 70,8%. Angka tersebut meningkat secara signifikan jika melihat laporan CDR Provinsi Gorontalo tahun sebelumnya, yang kemudian meningkat menjadi 73,6% pada tahun 2019 berdasarkan laporan program TBC Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

“Kondisi tersebut dapat mengganggu produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan, sekaligus berdampak buruk terhadap pembangunan sektor ketenagakerjaan,” terangnya.

Lanjutnya, maka dari itu perlunya program penanggulangan dan pengendalian tuberculosis perlu dilakukan secara pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi.

“Makanya sangat penting pertemuan ini untuk mengecek data, deteksi dini, melakukan upaya promotif dan preventif”, tegasnya.

Yana mengharapkan, setelah terlaksananya pertemuan ini pengendalian terhadap TBC dapat terintegrasi dengan baik.

“Setelah mengikuti kegiatan ini saya berharap teman-teman dapat meneruskan informasi yang di dapat kepada masyarakat maupun yang ada di tempat kerja masing-masing sehingga apa yang menjadi tujuan kegiatan ini dapat tercapai,” tandas Yana.

Rilis : Putra (gps)
Editor : Nancy Pembengo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eighteen + nineteen =

scroll to top
Bahasa »